logo yayasan mujahidin

Sedang memuat ...

Berita

Foto Masjid Raya Mujahidin Pontianak Adakan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

Masjid Raya Mujahidin Pontianak Adakan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

Portal Masjid Raya Mujahidin,  Dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW , Yayasan Mujahidin Kalimantan Barat melalui PHBI Yayasan Mujahidin menggelar Kegiatan Tabligh Akbar Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Raya Mujahidin Jum’at (8/11/2019) siang bada sholat Jum’at.  

Acara Tabligh Akbar  yang bertema Meneladani Rasulullah tersebut di sampaikan oleh Ustad Anas Said Azzu’bi yang merupakan da’i dari Pontianak , dihadiri juga oleh Gubernur Kalimantan Barat, Ketua umum yayasan Mujahidin,  pemuka agama, serta ribuan jamaah.

Dalam sambutannya , Ketua Umum Yayasan Mujahidin Kalbar , H Thamrin Usman , menyampaikan terimakasih kepada jamaah dapat hadir dalam Peringatan Maulid Muhammad SAW yang diselenggarakan oleh yayasan mujahidin.

“ Majelis ilmu Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW  ini kita ingin supaya dapat mentadaburi , mensyuritauladankan, dan mengikuti jejak jejak dari rasulullah Muhammad SAW , semoga dapat memberikan bekas dalam kehidupan kita.” Ujarnya

Dan ia menambahkan juga ucapan terimakasih kepada para donatur karena telah memberikan sedekah berupa nasi kotak dalam acara Maulid Nabi Muhammad SAW ini.

Kemudian dalam kesampatan yang sama  Gubernur Kalimantan Barat , H. Sutarmidji , mengajak agar kita semua untuk memahami ajaran agama yang kita anut, jangan sampai kita seakan akan segala tindakan kita , ucapan kita, apapun itu sepertinya kita tidak suka dengan ajaran kita.

“Kita harus memahami ajaran yang kita anut, jangan sampai salah pemahaman seperti yang terjadi sekarang seperti itu, contoh misalnya, pakai celana tinggi sedikit , seakan akan tak suka lalu dianggap salah, padahal ada tuntunannya.  ” ujarnya.  

Kemudian Gubernur menyampaikan bahwa Pemimpin islam itu tuntunannya sudah jelas. Dalam pemerintahan , Rasulullah sudah mencontohkan ada konstitusi madinah. “Jadi jangan menjadi keributan, mari dengan memperingati  Maulid Nabi Muhammad kita semakin memahami ajaran yang kita anut dengan baik dan benar.” tambahnya

Tausiyah Ustad Anas Said Azzu'bi dalam Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

Kemudian Dalam tausiyah, Ustadz Anas Said Azzu’bi menyampaikan tentang kisah nabi muhammad. dimulai dari berita nabi Isa Alahissallam yang termuat dalam Firman Allah di Surah Ash Shaf  ayat 61.

Nabi Isa Alahissallam telah menyampaikan kabar gembira ini kepada umatnya dengan menyebutkan namanya secara gamblang. Disebutkan dalam al Quran, yang artinya :

وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ

Dan (ingatlah) ketika Isa putera Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)”. [Ash Shaf / 61 : 6].

Begitu gembiranya Nabi Isa As menyambut kabar gembira ini, maka sesungguhnya kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW harusnya menyambut gembira pula.

Kemudian ustad anas menyampaikan juga tentang sifat Nabi Muhammad , yakni Sidiq , Amanah,  Tabligh , Fathanah.

 "Inti sifat yang harus diteladani dari sifat Nabi Muhammad SAW adalah ada empat, yaitu sidiq, amanah, fathonah, dan tabligh. Sidiq artinya benar atau jujur, amanah artinya bisa dipercaya, fathonah artinya cerdas, dan tabligh artinya menyeru kepada kebaikan.

Keteladanan Nabi dalam konteks sehari-hari dan zaman sekarang kata beliau  adalah bahwa harus sidiq atau jujur dalam kehidupan kita sehari-hari, tidak boleh berdusta dengan segala bentuknya, termasuk melakukan kecurangan dalam perdagangan dan korupsi.

"Tidak boleh hanya kata-kata manis tetapi perbuatan berbeda dengan ucapan," tuturnya.

Ustad Anas juga menambahkan hal lain yang perlu diteladani dari Nabi adalah selalu merangkul semua kalangan, kelompok, suku, kepercayaan/agama, dan perbedaan lainnya pada saat beliau beliau memerintah sebagai kepala negara sekaligus pemimpin agama Islam. Pada konteks masa kini hal tersebutlah yang disebut sebagai sifat toleransi dan mengayomi.

"Jika sifat-sifat mulia tersebut menjadi acuan kita dalam kehidupan sehari-hari dan Al Qur'an sebagai pedoman kita, maka niscaya kita juga sedang melakukan dakwah meneruskan tugas Nabi Muhammad pada 1440 tahun lalu itu," terangnya.   (tt)

LinkVideo

http://bit.ly/SuriTauladanRasulullah_UstAnasSaidAzzubi_Maulid

Foto MAULUD ATAU MAULID

MAULUD ATAU MAULID

Khutbah Jum’at

15 November 2019 M | 18 Rabi’ul Awaal 1441 H

Disampaikan Khatib :

Dr. Firdaus Mi’an, M.Pd

Link Video Khutbah :  http://bit.ly/KhutbahJumatMasjidRayaMujahidin_ke2116_15Nov2019

 

Jamaah Jum’at Rahimakumullah

Saudara-saudara, kaum Muslimin jama’ah sholat Jum’at yang dimuliakan Allah SWT

Kita patut bersyukur dan bertakwa kepada Allah Rabbul Alamiin, yang dengan kasih sayang-Nya kita masih tetap istiqamah menjaga keimanan dan ke-Islaman kita, sekaligus dapat menjalankan ibadah kepada-Nya termasuk dapat menunaikan shalat Jum’at pada hari ini di tahun 1441 H secara bersama di Masjid Raya Mujahidin ini.

Sholawat dan salam kita sampaikan kepada nabi junjungan seluruh alam Rasulullah Muhammad SAW.

Perkenankan kami dalam kesempatan yang mulia ini, menyampaikan suatu uraian Khutbah yang berjudul “Maulud atau Maulid”.

Dimana-mana tempat hampir disemua belahan dunia saat ini, sedang ramai-ramainya memperingati maulid Nabi saw. Tak terkecuali di sekitar kita. Tapi itulah, disetiap tempat  yang melaksanakan, disitu pula ada protes, ada yang menanyakan apa dasar hukumnya, ada pula yang menyebutnya dengan istilah maulud, ada yang menyebutnya dengan istilah maulid. Mana sebenarnya yang tepat. Kalau mau yang tepat lihat ta’rif (definisi) nya. “Maulid” itu artinya waktu nabi dilahirkan, 12 Rabi’ul Awal. Sedangkan “maulud” artinya bayi nabinya yang dilahirkan, yakni Muhammad saw. Demikian itu sudah jelas, tidak usah banyak berdalil-dalil, menganalogikan maupun berspekulasi, dan itu sebenarnya tidak baik dalam meletakkan suatu perkara. Menurut para ulama kita harus paham dulu dengan akar persoalannya baru kita bisa menyimpulkan hukumnya. Hati-hati kelemahan kita sekarang, ketika berbicara hukum selalu tidak fokus dengan apa yang dibincangkan. Misalnya kita bertanya tentang maulid, apa hukumnya ? Bukan jawabnya wallahi a’lam. Jawabannya, ndak ada hukumnya. Bagaimana kita bisa melekatkan hukum pada saat lahirnya nabi. Lahir ya lahir. Hanya qadar Allah yang menjadikan ia terlahir, dan dengan kelahiran itu dia punya misi dalam kehidupan, yakni mencari bekal untuk dia menghadap Allah SWT. Hukum itu terletak pada perbuatan, bukan pada waktu atau pada benda. Ketika dia berbuat dengan aspek kesadarannya, maka muncul hukum disitu. Benda itu mengandung unsur hukum apabila sudah digunakan untuk melakukan perbuatan. Benda mengandung unsur hukum tergantung pada perbuatan yang melekat kepadanya. Gelas, misalnya jika digunakan untuk minum, sunah hukumnya, tapi jika digunakan untuk menyimpan arak, haram hukumnya. Golok, jika digunakan untuk memotong hewan qurban, sunah hukumnya, tapi jika digunakan untuk mengancam, haram hukumnya. Oleh karenanya menyangkut persoalan memperingati maulid tergantung bagaimana cara menyikapi hari kelahiran itu. Kita tidak bisa menentang dan tidak bisa juga menolak. Kalau menolak,  memangnya kita ini ingin menjadi musuh nabi. Atau kita ingin ingkar pada  nabi Muhammad saw.

Saudara-saudara sekalian yang dirahmati Allah

Mustahillah kita tidak mau menerima peringatan kelahiran Muhammad saw, Nabi Isa as saja yang hidup 600 tahun sebelum Muhammad dilahirkan, merasa sangat bahagia ketika mendapat khabar dari Allah bahwa akan lahir nabi Muhammad saw. Biasanya sifat bahagia itukan pada saat bayinya sudah lahir, bukan sebelum lahir. Tapi itulah kemuliaan Nur nya nabi saw, beliau bisa menjadikan seorang nabi Isa yakin bahwa walau belum lahir nabinya, tetapi nabi Isa sudah gembira dan memberikan kebahagiaan kepada kaumnya. Sampai-sampai kebahagiaannya diungkapkan kepada kaumnya dalam setiap khutbahnya. Kegembiraan dan kebahagiaan seperti ini, ternyata bukan hanya dilakukan oleh nab Isa as, bahkan Allah pun jika memanggil nabi-nabi yang lain langsung dengan sebutan “nama”seperti: Adam   يَااَدَم اُسْكُنْ اَنْتَ وَجَوْزُك الْجَنَّةِwaktu memanggil Yahya,يَا يَحْي هُذِ الْكِتَابَ بِقُوَّتِهِwaktu memanggil Isa,سِ   يَاعِيْسَ ـ اِنِّسْ تَفَيْتُك عَلَنَّا,tapi ketika Allah memanggil Muhammad, dipanggilnya dengan panggilan kelembutan, kemuliaan dan kehormatan يَايُّهانَّبِيُّ ذَاحِدُالْكُفَّرْ

 يَاَيُّهارَّسُوْل ـ بَلِّغْمَ اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ ـ dan begitulah Allah mengajarkan untuk berakhlakul karimah kepada Muhammad saw.

QS. As-Shaf (61) : 6,

وَاِذْ قَألَ عِيْسَى ابْنُ مَريْمَ يَابَنَي أِسْرَاءِيْلَ اِنِّي رَسُولُ الَّلَهِ اِلَيْكُمْ مُّصَدِّ قًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ الّتَوْرَاةِ وَمُبَشِّرًابِرَسُولٍ يَأتِي مِنْ بَعْد اسْمُهُ اَحْمَدُ . فَلَمَّاجَاءَ هُم بِالْبَيِّنَاتِ قالُوْا هَذَا سِحْرٌمُّبِين

Artinya “ dan ingatlah ketika Isa putra Maryam berkata, “wahai bani Israil! sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu, yang membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan seorang rasul yang akan datang setelahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)” namun ketika rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, “ ini adalah sihir yang nyata”

Saudara-saudara kaum Muslimin yang dirahmati Allah

Dalam sebuah risalah dikisahkan, suatu waktu saat nabi saw berada di mimbar seketika ia berkata,  “nanti kalian akan minum dari telaga ini,  aku melihat ada telaga haud tempat kalian akan minum disini. Sahabat bertanya, “Siapa yang akan minum disitu ya Rasulullah”? “kamikah atau saudara-saudaramu, ya Rasul”. Sahabat bertanya untuk rasa ingin tahu. Beliau menjawab,  “Bukan, bukan, kalian itu bukan saudaraku”.

Saudara-saudaraku itu adalah, حُمُ الَّذِ يْنَ لَمْ يَرَونِي وَلَكِنَّهُمْ يُؤمِنُونَ بِهِyakni orang-orang yang tak pernah melihatku tapi mereka beriman kepadaku. Selain jaminan syafa’atnya yang kelak akan diberikan pada umatnya, berderet penderitaan pun datang silih berganti yang dialaminya, pernah sampai patah giginya, berdarah  “pelipisnya, dan bersimbah darah kakinya. Dengan rasa geram sahabat berkata, Engkaukan punya do’a mustajab ya Rasul, do’a Mu maqbul, kau do’a sekali saja, maka mereka akan mati dan rata dengan tanah ya Rasul. Kata Rasul, tidak! Do’a itu aku simpan untuk kalian nanti di Padang Mahsyar.

QS. At-Taubah (9): 128-129

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُوْلٌ مِنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌعَلَيْهِ مَاعَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُم بِلْمُؤمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمِ ـ فَاِنْتَولَّوا فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ لَااِلَهَ اِلاَّ هُوَعَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَرَبُّ الْعَرْشِ اْلعَظِيْمِ

Artinya “Sungguh, telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat rasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (Dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman. Maka jika mereka berpaling, (dari keimanan), maka katakanlah (Muhammad), “cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepadaNya aku bertawakkal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘arsyi (singgasana) yang agung”

Bahkan dalam riwayat lain dikisahkan betapa dia sangat memikirkan ummatnya sampai-sampai beliau pernah jatuh sakit dan kurus tubuhnya, beliau tidak mengangkat kepalanya hingga beberapa hari lamanya kecuali waktu mendengar adzan dan mendirikan sholat, tatkala Malaikat Jibril bertabaruk (mengambil berkah) mendatanginya seraya menyampaikan khabar, bahwa sesungguhnya hari ini Allah SWT sedang mengobarkan nyala api Neraka dan seluruh Malaikat amat ketakutan, mereka tidak tahu harus berbuat bagaimana. Rasulullah terdiam beberapa saat. Lalu Jibril melanjutkan pembicaraannya “bahwa kelak ada diantara ummatmu yang harus dimasukkan dalam Neraka ke 7, disebabkan mereka itu para pelaku dosa-dosa sangat besar dan sampai mereka meninggal belum sempat bertaubat”. Riwayat ini dikisahkan oleh Abu Bakar r.a, Umar r.a. dan anak kesayangannya Fatimah r.a.

 

 

Saudara-saudara, kaum Muslimin rahimakumullah

Jadi kalau beliau memikirkan, menyayangi, merindukan kita, mengapa kita tidak merindukannya. Kalau beliau menantikan kita di Surga, mengapa kita tidak menjemput penantian itu. Beliau akan membawa umatnya ke Surga dan tidak melangkahkan kakinya ke Surga, sebelum semua umatnya berkumpul bersama-sama masuk ke Surga. Lalu,  masih ragukah kita untuk mengenangnya, mencintainya, merindukannya, memperingati hari kelahirannya? Mengapa selalu kita mempersoalkan tentang mauludnya, tentang maulidnya. Mengapa? Ada yang mengatakan bid’ah lah, yang dolalahlah, yang masuk Neraka lah. Nabi saw sendiri tidak pernah mewasiatkan supaya hari kelahirannya dijadikan sebagai suatu peringatan keagamaan yang disakralkan, justru setiap kali sampai hari kehirannya beliau berpuasa, itu yang beliau contohkan. Mengapa beliau harus memilih berpuasa? Karena orang puasa itu paling dekat peningkatan taqwa pada Allah dalam kontek ibadah. Silakan rasakan, kalau kita tidak puasa, jangankan sholat sunnah, ada sholat fardhu tertinggal saja, kita rasakan biasa. Tapi jika puasa, jangankan sholat fardhu, yang sunnah saja tertinggal kita bisa gelisah. Jadi kalau masuk pada hari kelahiran kita, lalu kita berpuasa, refleksi yang pertama adalah untuk mengevaluasi sampai usia kita disitu, berapa peningkatan nilai taqwa kita di hadapan Allah SWT. Jangan-jangan dihari kelahiran kita itu, investasi akhirat kita belum cukup untuk dibawa pulang menghadap Allah SWT. Kedua, fungsi puasa itu adalah mencegah maksiat. Karena hampir mustahil dan tidak mungkin orang berpuasa mau berdusta, mau berselisih, dan mau mencela. Jadi merayakan peringatan maulid nabi saw itu, bukan kita harus menyengaja melakukan pemborosan yang sia-sia. Yang paling penting itu ta’limnya dan memperbanyak bershalawat untuknya. Jangan lagi kita banyak memperdebatkan ikhtilaf daripada suatu perkara yang sudah jelas letaknya melanggar larangan Allah. Sekarang mari kita cari langkah yang tepat untuk meminimalisir kemungkaran dan kemaksiatan di sekeliling kita, mengantisipasi secara masif peredaran segala macam makanan dan minuman maupun obat-obatan yang meracuni dan membawa mudharat, menekan secara persuasif maraknya hidup bersama dalam serumah tangga dengan berbeda agama, glamournya penampilan hiburan di tempat umum atau di atas pentas dengan pakaian yang mempertontonkan aurat dengan begitu terbuka, murtad dan masih banyak yang lebih parah dan sangat penting lainnya untuk dibahas.

بَرَ كَ الَلهُ لِي وَلَكُمْ فِى الْقُراَ نِ العَظِيْم ـ وَنَفَعَنِى وايَاكُمْ بِمَافِيهِ مِنَ الاَيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكيِمْ ـ  وَتَقَبَلَ مِنِي وَمِنْكُمْ تِلَاَوَتَهُانَهُ هُوَالسَّمِيْعُ الْعَلِيْم ـ اَسْتَغْفِرُاللَّهَ اْلعَظِيْمِ لِي وَلَكُمْ وَلِسَاءِرِالْمُسْلِميْنَ والْمُسْلِمَةِوالْمُؤمِنِيْنَ والْمُؤمِنَةِ ـ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَالْغَفُوُرُالَّرحِيْمِ ـ

Foto KHUTBAH JUMAT, 8 NOVEMBER 2019

KHUTBAH JUMAT, 8 NOVEMBER 2019

Khutbah Jumat Masjid Raya Mujahidin ke 2115

Ustadz H. Zulfan Affan

Tema  " Mulia, Berubah Menjadi Hina "

Link Video Khutbah  http://bit.ly/KhutbahJumat_ke2115_UstZulfanAffan_8Nov2019

 

Portal Masjid Raya Mujahidin, Dalam Khutbahnya Ustadz Zulfan Affan membuka dengan Surah  At Tin ayat  4, Allah Berfirman yang artinya :  “ Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dengan sebaik baik penciptaan”.

Dalam ayat lain Allah SWT menyebutkan bahwa manusia adalah mahluk yang paling mulia (Surah Al Isra ayat 70). Yang artinya : sesungguhnya telah kami muliakan anak cucu keturunan Nabi Adam.

Akan tetapi, predikat sebagai makhluk yang mulia  (karramnaa Banii Adam) itu, tidak selamanya disandang manusia, suatu waktu predikat dan martabat yang mulia itu bisa lepas dan hilang musnah, jika mereka tidak menjaga kemuliaan itu dengan sebaik-baiknya.

Hal ini bisa dilihat dari firman Allah SWT pada ayat berikut nya di Surat At-Tin Ayat 5 , yang artinya : Kemudian mereka akan kembali kepada predikat makhluk yang paling rendah dan serendah-rendahnya.

Ustadz Zulfan Affan juga menyampaikan  bahwa hanya orang-orang yang beriman dan beramal  shalehah yang akan tetap selamat dari kehinaan, hanya orang-orang yang menjaga keimanannya dan mengerjakan kebaikanlah yang akan terhindar dari martabat yang rendah disisi Allah SWT.

Diakhir khutbah beliau menyampaikan kelanjutan Surat At Tin ayat 6 yang artinya : “Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal amal sholeh, maka mereka akan mendapatkan balasan pahala yang tiada putus-putusnya.”

Semoga Allah SWT menjaga kita sebagai predikat makhluk terbaik dan mulia . Aamiin....

 

Foto PHBI YAYASAN MUJAHIDIN KALBAR PERIODE 2019-2022 TERBENTUK

PHBI YAYASAN MUJAHIDIN KALBAR PERIODE 2019-2022 TERBENTUK

Portal Yayasan Mujahidin Kalbar,  Bertepatan hari senin tanggal 4 November 2019, telah dilaksanakan rapat pembentukan Panitia PHBI Masjid Raya Mujahidin. Rapat yang dipimpin oleh Ketua Umum Yayasan Mujahidin , Thamrin Usman, di laksanakan pukul 15.30 WIB ba’da sholat ashar hingga pukul 17.00 WIB di ruang VIP Yayasan Mujahidin Kalbar. Dan dihadiri oleh  beberapa orang untuk kemudian menjadi tim panitia yang akan merancang  beberapa agenda peringatan hari besar islam yang akan dilaksanakan.

Dalam kesempatan rapat tersebut  Ketua Umum Yayasan Mujahidin menyampaikan bahwa masjid raya mujahidin sebenarnya telah lama memiliki sub PHBI dalam  struktur yayasan , namun belum bisa maksimal terlaksana.

“ PHBI ini  tentunya kedepan harus dapat berperan aktif  dalam membuat kegiatan kegiatan hari besar islam . baik hari besar yang  sunnah  seperti pelaksanaan Sholat Idul Fitri, Idul Adha . Ataupun kegiatan yang per momen seperti Maulid Nabi, Tahun baru Islam atau Nuzulul Qur’an. hal ini guna memberikan semangat hal terpuji dalam moment tersebut kepada kita umat muslim”.ujar beliau.

Prof Thamrin juga menambahkan bahwa  kedepan PHBI Masjid Raya Mujahidin tidak sebatas juga hanya kegiatan hari besar islam , PHBI dapat juga merencanakan agenda  Tabligh Akbar untuk mengundang Penceramah Nasional untuk memberikan Tausiyahnya di Masjid Raya Mujahidin.

Dalam kesempatan yang sama Ketua Lembaga Dakwah Ibadah Pemakmuran Masjid (LDIPM), Johni Hasan,  menyampaikan bahwa pembentukan Panitia PHBI ini diharapkan dapat mengagendakan kegiatan agar masyarakat dapat lebih memakmurkan masjid, utamanya di Masjid Raya Mujahidin. Dan untuk waktu dekat ini kegiatan yang direncanakan adalah Tabligh Akbar Maulid Nabi Muhammad SAW .

Hingga diakhir rapat , terbentuklah panitia PHBI dan kegiatan awal yang dilakukan adalah Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di hari Jum’at bada sholat jumat, tanggal 8 November 2019. Dengan penceramah Ustadz Anas Said Azzu’bi.  Dan didapat sedekah dari donatur berupa nasi kotak sebanyak 2500 kotak untuk para  jamaah di acara tersebut.   (tt)