TAMU YANG DIRINDU
Dr. Didik M Nur Haris, Lc, M.Sh
Khutbah Mujahidin, 2 April 2021
Khatib mewasiatkan kepada diri khatib pribadi dan kepada jamaah sekalian agar senantiasa bertakwa kepada Allah. Abdullah bin Ma’ud radhiallahu ‘anhu mengatakan, takwa adalah
Taat dan tidak maksiat, selalu ingat dan tidak lupa, selalu syukur dan tidak kufur
Kaum muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah.
Hanya dalam hitungan hari tamu yang dinanti, segera datang kembali, adakah kita rindu dan bahagia menyambutnya..
Orang tua pasti rindu bahagia, anaknya pulang kembali
Pedagang pasti rindu bahagia, laba yang tinggi
Pejabat pasti rindu bahagia, karir semakin menanjak
Mahasiswa pasti rindu bahagia, lulus dengan predikat terpuji
Padahal semua sadar, dunia itu datang dan pergi, adanya hisab, tiadanya membawa kesedihan hati, tiada satupun yang dibawa mati, kecuali amal shaleh dan keataan diri.
Adakah kita rindu dan bahagia tamu Ramadhan akan datang kembali..
Tamu Agung yang akan membersihkan karat-karat dosa di dalam hati
Tamu Istimewa yang akan menjadi syafaat di hari kiamat
Tamu Mulia yang membuka pintu surga Arrayyan
Tamu mulia yang menjanjikan malam istimewa “lailatul Qadr”, amal berlipat tanpa hitungan, doa-doa yang mustajab, pintu-pintu surga yang terbuka, pintu-pintu neraka yang tertutup rapat, dan syetan-syetan yang terikat..
Adakah kita rindu dan bahagia tamu itu akan datang kembali..
Semua kita pasti akan mengatakan,
Kami rindu Ya Rabb datangnya tamu Ramadhan kami..
Namun, sudah jujurkah kerinduan kita dengan datangnya tamu agung ini?
Mari kita simak Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan Nabi SAW menyambut tamu agung ini.
“Aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam puasa satu bulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan dan aku tidak pernah melihat beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam puasa lebih banyak dalam sebulan dibandingkan dengan puasa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pada bulan Sya’ban.”(HR. al-Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain Imam Muslim,
“Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berpuasa pada bulan Sya’ban kecuali sedikit.”(HR. Muslim).
Bahkan dalam riwayat Bukhari yang lain, “Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa penuh pada bulan Sya’ban.”(HR. al-Bukhari).
Beliau SAW menyambut tamu agung ini dengan rintisan amal dan peningkatan ketaatan
Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid radhiallahu ‘anhuma bahwasanya dia berkata, “Ya Rasulullah! Saya tidak pernah melihat engkau berpuasa dalam satu bulan di banding bulan-bulan lain seperti engkau berpuasa di bulan Sya’ban ?” Beliau menjawab, “Itu adalah bulan yang banyak manusia melalaikannya, terletak antara bulan Rajab dan Ramadhan. Dia adalah bulan amalan-amalan di angkat menuju Rabb semesta alam. Dan saya suka jika amalanku diangkat dalam keadaan saya sedang berpuasa”. HR An-Nasai no. 2357. Syaikh Al-Albani menghasankannya dalam Shahih Sunan An-Nasai
Kaum muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah.
Disinilah kita mendapatkan rahasia, ibadah Ramadhan Nabi SAW yang begitu sempurna. Adalah baiknya persiapan dan awalnya rintisan. Ada pepatah Arab mengatakan, “Barang siapa yang benar permulaannya, akan bersinar penutupannya”
Siapa yang memulai, maka ia akan sampai
Siapa yang menanam, maka ia akan memetik
Saat kita mulai perjalanan, maka itu tanda kejujuran, dan saat Allah melihat kejujuran kita, Allah akan buka semua pintu-pintu kemudahan, segalanya menjadi ringan, segalanya terasa nikmat dan segalanya terasa indah.
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al Ankabut: 69)
Artinya: ”(5) Adapun orang yang memberikan (hartanya, waktunya, dirinya untuk Allah) dan bertakwa, (6) dan yakin dengan surga, (7)maka kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. (8) Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, (9)serta mendustakan pahala terbaik, (10)maka kelak kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.” (QS Al-Lail : 5-10)
Ingat jamaah sekalian, Ramadhan hakekatnya adalah hari-hari ujian, yang hanya ada dua pilihan, kita lulus atau kita gagal. Kita mesti takut, jika nanti pada hari kiamat, ada saudara kita yang begitu tersenyum bahagia, karena terampunkan semua dosa-dosanya karena Ramadhan, ada rekan sekerja kita yang begitu istimewa yang dipanggil
Mana orang yang berpuasa.” Lantas mereka pun berdiri, selain mereka tidak akan memasukinya. Jika orang yang berpuasa tersebut telah memasukinya, maka akan tertutup dan setelah itu tidak ada lagi yang memasukinya” (HR. Bukhari no. 1896 dan Muslim no. 1152).
Puasa berkata: Tuhanku! Aku telah menghalanginya dari makan dan syahwat di siang hari. Maka terimalah syafaatku untuknya.
imam Ahmad (Al Musnad, XI/199/no. 6626)
Karena mereka mengistimewakan Ramadhan, karena mereka memuliakan Ramadhan, karena mereka mengoptimalkan Ramadhan. Sedang kita tertunduk penuh penyesalan karena telah menyia-nyiakan kesempatan, saat ramadhan mulai datang melambai memanggil dan menyeru
“Wahai pencari kebaikan sambutlah, wahai pencari keburukan cukuplah, dan Allah memiliki orang-orang yang dimerdekakan dari neraka dan itu pada setiap malam (dari Ramadhan).” HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi dan dihasankan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 759.
Kita tetap diam membisu, dingin tak bergerak mempersiapkan, meski hanya beberapa hari puasa Sunnah di sya’ban sebagai tanda benarnya kerinduan, atau beberapa untaian ayat-ayat alquran pelembut hati penghidup iman, atau beberapa rakaat shalat malam, yang mengundang ampunan, rahmat dan kasih sayang..Sampai kapan saudaraku..kita lalai membuat persiapan, kita lengah dibuai mimpi-mimpi dunia yang tidak bertepi, akankah sampai mati, lalu baru berkata
Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan.
(QS. Almukminun: 100)
Cukuplah kematian pelajaran yang terbaik, berapa banyak sahabat-sahabat kita, guru-guru kita, keluarga-keluarga kita, tetangga-tetangga kita, yang tidak akan menikmati puasa bersama kita, tidak lagi mampu berjamaah tarawih bersama kita, tidak lagi mampu membaca alquran bersama kita, sebab ajal telah datang menjemput dan kematian telah datang menemui, karena itu Hasan al Basri pernah mengingatkan
Hasan al Basri berkata kepada seseorang saat menghadiri jenazah: Adakah sang jenazah ini jika hidup kembali ke dunia, akan beramal shaleh? Maka orang itu menjawab: “Benar, pasti ia akan beramal”, Lalu Hasan al Basri berkata: “ Jika ia tidak mungkin bisa (karena telah mati), maka jadilah engkau”.