logo yayasan mujahidin

Sedang memuat ...

Berita

Foto Khutbah Jum'at  Masjid Raya Mujahidin Kalbar 19 Febuari 2021 _ 7 Rajab 2021

Khutbah Jum'at Masjid Raya Mujahidin Kalbar 19 Febuari 2021 _ 7 Rajab 2021

PERSIAPAN MENYAMBUT RAMADHAN 1442 H.

Oleh: H. Fatahillah Abrar, S.Ag, M.Si.

Link Video https://www.youtube.com/watch?v=M5LPcTZh0KI

Khutbah Jum’at, 7 Rajab 1442 H di Masjid Raya Mujahidin.

Segala puji mari senantiasa kita haturkan kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat, ‘inayah, hidayah dan taufiq yang telah Allah SWT anugerahkan kepada kita semua.

Sholawat dan salam semoga  selalu terlimpahkan kepada kekasih kita Nabi Muhammad SAW.

Kita bersyukur Allah SWT pertemukan kita dengan bulan Rajab, yaitu tepatnya tanggal 7 Rajab 1442 H. Bulan Rajab adalah salah satu dari 4 bulan yang dimuliakan Allah, yaitu Dzulqi’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab, dimana balasan yang diberikan kepada orang yang beramal shalih dilipat gandakan oleh Allah, demikian pula orang yang berbuat maksiat.

Bertemunya kita dengan bulan Rajab artinya tidak lama lagi kita akan bertemu dengan bulan Ramadahan. Insya Allah 52 hari lagi kita akan bertemu dengan bulan Ramadhan 1442 H. Bulan yang penuh dengan keberkahan. Target dari ibadah yang kita lakukan di bulan Ramadhan adalah agar kita menjadi insan yang bertaqwa. Agar kita sukses dalam ibadah di bulan Ramadhan dan meraih predikat taqwa, maka kita harus melakukan persiapan yang maksimal untuk itu. Ibarat, siswa yang akan ujian, agar mereka sukses maka mereka harus melakukan persiapan yang matang.

Adapun beberapa hal yang harus kita persiakan dalam menyambut Ramadhan adalah:

1. Persiapan Fikriyah/Ilmu.
Inilah saatnya bagi kita untuk mempelajari hal-hal terkait  Ramadhan. Jangan belajar tentang Ramadhan di dalam bulan Ramadhan, karena sudah terlambat. Ibarat ketika ujian, seorang siswa bertanya kepada temannya tentang jawaban soal ujian tersebut. Pemahaman yang lengkap tentang Ramadahan akan membuat kita lebih maksimal dalam beribadah di bulan Ramadhan.

 

2. Persiapan Ruhiyah
Bulan Ramadahn adalah bulan yang suci, dan yang bisa menikmati Ramadhan adalah orang-orang yang berupaya untuk mensucikan diri. Semakin bersih dirinya, maka akan semakin mampu untuk menikmati Ramadahan. Ibarat ketika kita ingin mendengarkan siaran radio Mujahidin FM, maka radio kita harus berada pada frekwensi yang sama dengan Radio Mujahidin FM. Banyak orang bertemu dengan Ramadhan, tapi tdk banyak yang bisa menikmati Ramadhan, karena mereka berbeda frekwensi dengan Ramadahan. Agar frekwensi kita sama dengan Ramadahan, yang harus kita lakukan adalah, perbanyak taubat, puasa sunnah, dan amaliah-amaliah sunnah yang lainnya. Dalam hal mempersiapkan ruhiyah, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan kepada umatnya dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, sebagaimana yang diriwayatkan ‘Aisyah ra. berkata:” Saya tidak melihat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menyempurnakan puasanya, kecuali di bulan Ramadhan. Dan saya tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak puasanya kecuali pada bulan Sya’ban” (HR Muslim).

3. Persiapan Fisik
Ibadah di bulan Ramadhan menuntut kondisi tubuh yang fit. Kita tidak akan bisa sempurna beribadah di bulan Ramadahan jika sakit-sakitan. Maka jadikan bulan Rajab dan Sya’ban ini waktu untuk melatih fisik agar tidak sakit ketika beribadah di bulan Ramadhan. Kita tidak akan bisa maksimal  berpuasa jika dalam kondisi sakit. Oleh karena itu, kita dituntut untuk menjaga kesehatan fisik, kebersihan rumah, masjid dan lingkungan. Rasulullah mencontohkan kepada umat agar selama berpuasa tetap memperhatikan kesehatan. Hal ini terlihat dari beberapa peristiwa di bawah ini :
• Menyikat gigi dengan siwak (HR. Bukhori dan Abu Daud).
• Berobat seperti dengan berbekam (Al-Hijamah) seperti yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim.
• Memperhatikan penampilan, seperti pernah diwasiatkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada sahabat Abdullah ibnu Mas’ud ra, agar memulai puasa dengan penampilan baik dan tidak dengan wajah yang cemberut. (HR. Al-Haitsami).

 

4. Persiapan Materi.                                                                                        

 Harta yang halal akan menjadikan ibadah kita di bulan Ramadahan semakin  berkualitas. Kita perlu menyiapkan harta untutk menyambut Ramadahan. Alangkah baiknya ketika kita telah menabung selama 11 bulan sebagai bekal ibadah Ramadhan, sehingga ketika datang Ramadhan, kita dapat beribadah secara optimal bahkan kita bisa memperbanyak shadaqah di bulan Ramadhan. Rasulullah adalah orang yang sangat dermawan, tapi di bulan Ramadhan kedermawanan beliau melebihi hembusan angin.  

 

Khutbah Kedua:

 

Foto Radio Mujahidin 105,8 FM Kerjasama Dengan Telkom Kalbar

Radio Mujahidin 105,8 FM Kerjasama Dengan Telkom Kalbar

Radio Swara Mas Mujahidin Pontianak telah melakukan pertemuan dengan pihak PT Telkom Kalbar  untuk membicarakan tindak lanjut kerja sama kedua belah pihak yang sudah berlangsung sebelumnya.

PT Telkom Kalbar diwakili oleh Mursalin selaku Manajer Consumer Service dan Tika selaku staf, menyambut kedatangan Direktur Radio Mujahidin, Ery dan Darsono selalu staf dan penyiar.

Pertemuan pada Senin (22/2) itu bertujuan untuk membahas perpanjangan kerja sama antara kedua belah pihak, dimana Telkom Kalbar mendukung fasilitas internet di Radio Mujahidin dan Telkom mendapat spot iklan di Radio Mujahidin.

Selain itu, kedua belah pihak ingin mengembangkan kerja sama di media sosial sehingga tidak hanya terbatas di layanan radio. Telkom saat ini gencar sosialisasi di dunia media sosial. Keinginan ini disambut Ery yang juga mengembangkan media sosial, diantaranya Youtube, Podcast serta Instagram.

Pertemuan berjalan dengan hangat dan menyenangkan, dimana masing-masing pihak ingin memberikan layanan terbaik. Dari pertemuan ini direncanakan kerja sama akan diperpanjang sampai satu tahun ke depan, dengan harapan baik Telkom dan Mujahidin dapat mengudara bersama di channel radio dan di social media.

Foto REMAJA MUJAHIDIN Gelar Pelantikan dan Raker Pengurus Remaja Mujahidin Kalbar Periode 2021-2023

REMAJA MUJAHIDIN Gelar Pelantikan dan Raker Pengurus Remaja Mujahidin Kalbar Periode 2021-2023

Portal Yayasan Mujahidin Kalbar, 14 Rajab 1442 H tepatnya Jumat, 26 Februari 2021, Pengurus Remaja Mujahidin Kalimantan Barat melaksanakan pelantikan pengurus dan rapat kerja (raker), di Ruang Serbaguna Masjid Raya Mujahidin Kalbar.

Kegiatan  yang dimulai pukul 08.00 pagi hingga pukul 17.00 Wib dihadiri sebanyak 80 orang. Diantaranya  Ketua Lembaga Pemuda dan Remaja Mujahidin, Dr. Ir. H. Wasi'an Syaifudin, M. Sc, Ketua Umum Remaja Mujahidin Kalbar 2021-2023, Hery Januardi, serta pengurus dan anggota Kepengurusan Remaja Mujahidin  tahun 2021 – 2023.

Rangkaian Acara di mulai dengan Pembukaan  Tilawah, menyanyikan Lagu Indonesia Raya, Sambutan dan diakhiri Pelantikan Pengurus Remaja yang baru periode 2021 - 2023..

Dalam sambutannya,  Ketua Umum Remaja Mujahidin Kalbar menyampaikan, "Berdirinya Mujahidin tidak lepas dari semangat juang untuk menjadikan masjid sebagai pusat dakwah, pusat kaderisasi anak-anak muda, dan pusat IT. Karena  hakikatnya masjid adalah bukan sekadar tempat ibadah melainkan menjadi pusat dari segala kegiatan. Maka dari itu, kami menggunakan tagline 'Semua Berawal dari Masjid', insya Allah."

"Dengan semangat Mujahidin, Pengurus Remaja Mujahidin periode ini, siap melaksanakan program kerja dan berjuang selama 2 tahun kedepan untuk generasi muda masjid yang lebih baik lagi", sambung beliau dalam sambutannya.

Selanjutnya adalah sambutan, apresiasi, dan dukungan yang disampaikan Bapak Dr. Ir. H. Wasi'an Syaifudin,  M. Sc., "Mengutip dari hadits, bahwasannya ada tujuh golongan yang mendapat naungan di hari akhir, salah satunya seseorang yang hatinya terpaut ke masjid. Maka dari itu Remaja Mujahidin ini merupakan kaderisasi masjid yg harus dipertahankan."

"41 tahun remaja masjid ini masih tetap berdiri kokoh mengembangkan potensi untuk generasi-generasinya. Semoga kedepannya Remaja Mujahidin dapat terus istikamah dalam mengarungi perjuangan generasi muda masjid yang lebih baik kedepannya", ujar beliau ketika memberikan dukungannya untuk Pengurus Remaja Mujahidin Kalbar.

Suasana haru jelas terlihat pada saat proses pelantikan ini. Di mana semua pengurus berikrar yang dipimpin oleh Pak Wasi'an Syaifudin,  M. Sc. .Suara lantang yang membuat seisi ruangan hening, menjadi saksi atas janji mereka kepada Allah dan Rasul-Nya. Ikrar ini bukan hanya secara lisan saja, tapi juga dibuktikan oleh perbuatan.

Selamat bertumbuh dan berjuang di jalan dakwah untuk Pengurus Remaja Mujahidin Kalbar. Semoga bisa tetap istiqamah dalam meraih rida-Nya.

Foto Khutbah Jum'at 5 Maret 2021 "Pemberdayaan Ruhani untuk Perilaku dan Produktifitas Kerja"

Khutbah Jum'at 5 Maret 2021 "Pemberdayaan Ruhani untuk Perilaku dan Produktifitas Kerja"

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt.

Manusia adalah ciptaan Allah swt, sedangkan ilmu pengetahuan, termasuk ilmu manajemen, sains dan teknologi, kebudayaan, adat istiadat adalah produk dari hasil nalar ide manusia. Dengan produk-produknya itu, manusia lalu mencoba menyelesaikan permasalahannya. Jika permasalahan itu berasal dari produk manusia, tentu manusia memiliki kemampuan untuk menemukan solusinya. Namun, jika permasalahan itu justru bersumber dari dalam diri manusia sendiri, rasanya tidak mungkin manusia dapat menyelesaikannya secara final, tuntas, dan komprehensif. Hal ini karena manusia memang memiliki keterbatasan, tidak ada manusia yang sempurna.

Banyak persoalan dalam kehidupan kita, termasuk di bidang organisasi, manajemen, dan permasalahan sosial yang sumber masalahnya sesungguhnya berasal dari dalam diri manusia. Apalagi jika permasalahan itu menyangkut perilaku manusia, jelas berawal dari dalam diri manusia yang kemudian terjadi saling mempengaruhi dengan lingkungan eksternalnya. Karena itu, untuk menyelesaikan persoalan perilaku manusia harus melibatkan peran Tuhan, karena Allah swt sebagai Pencipta manusia yang paling tahu tentang diri manusia. Sungguh manusia hanya bisa memohon, menebak, mengira-ngira, memprediksi, dan tidak akan pernah sampai pada penyelesaian final. Dalam firman Tuhan disebutkan:

 “…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (al-Baqarah 2: 216)

Ayat di atas menegaskan keterbatasan manusia untuk mengetahui manfaat dan mudarat segala sesuatu, termasuk manfaat dan mudarat dari produk yang diciptakan manusia sendiri. Karena itu, sudah semestinya manusia dalam kehidupannya senantiasa bergantung kepada Allah swt.

Artinya produk manusia tidak mungkin dapat menyelesaikan persoalan diri manusia. Sebaliknya, hanya Allah swt Sang Pencipta manusia yang mampu secara absolut menyelesaikan permasalahan dalam diri manusia, termasuk permasalahan perilaku manusia agar senantiasa positif. Spiritualitas dan niat, sesungguhnya memiliki kekuatan mengontrol sifat manusia, oleh sebab itu ruhani sebagai sumber spiritualitas dan niat, harus dididik oleh Tuhan secara langsung. Caranya, ruhani harus senantiasa ingat Tuhannya (zikrullah), melalui kontrol suara hati, sehingga memperoleh bimbingan dan petunjuk dalam segala perbuatannya. Tanpa intervensi Tuhan, maka produk manusia akan memberikan feedback negatif dan terjadi interconnected influence dengan sifat manusia.

Hal ini menegaskan peran Tuhan untuk mendidik ruhani agar mampu mengendalikan sifat-sifat manusia. Tanpa intervensi Tuhan, ruhani tidak akan mampu mengendalikan sifat manusia. Bahkan ruhani bisa dikalahkan dan dikendalikan oleh sifat manusia, sehingga rasa kebenaran hilang, dan yang muncul adalah niat dan perilaku negatif manusia.

Dengan demikian, pendidikan ruhani adalah hak absolut Allah swt sebagaimana ditegaskan dalam firman berikut ini:

Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: ‘Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (QS. 17: 85)

Ayat tersebut menginformasikan bahwa ruhani hanya bisa diurus dan dididik oleh Rabb atau Tuhan. Manusia tidak bisa mendidik ruhnya sendiri atau ruh orang lain, apalagi produk manusia. Artinya, pendidikan ruhani tidak bisa dilakukan dari manusia ke manusia, dari guru ke guru, atau dari sekolah ke sekolah. Urusan ruh adalah hak prerogatif Tuhan. Karena itu, ruh wajib diurus oleh Tuhannya. Mulai pertama kali ruh ditiupkan (QS. as-Sajadah [32]: 9) hingga pada waktunya dikembalikan (Q.S. az-Zumar [39]: 42), adalah mutlak kewenangan Tuhan. Karena itu, hubungan Tuhan dengan ruh bersifat direct influences (berpengaruh langsung) (QS. asy-Sura [42]: 52), tidak bisa diintervensi oleh siapapun dan apapun.

Ruh adalah Human REALsource (HRs), yaitu sumber dayanya manusia yang berfungsi sebagai sopir (driver) untuk mengendalikan sifat-sifat manusia yang negatif. Cara Allah swt menyelesaikan persoalan manusia adalah dengan mendidik sopirnya (Ruhani), bukan mengurus kendaraannya (Badan). Agar terdidik oleh Tuhan, ruhani harus senantiasa ingat Tuhannya melalui kontrol suara hati (voice of the heart), setiap manusia akan memperoleh petunjuk (taufiq dan hidayah) berupa inspirasi dan bimbingan dalam segala tindak-tanduk dan perilakunya.

Untuk mengobjektivikasi nilai Ruhani ke dalam aktifitas kehidupan, adalah dengan cara melaksanakan manajemen dengan hati. Yaitu dengan menertibkan niat atau suara hati yang muncul, jangan cepat bertindak atau berkata, dengarkan dulu suara hati. Segala sesuatu mesti timbang rasa, jangan terburu-buru berbuat, renungkan dulu, apa manfaat dan mudharatnya,  baik dan buruknya. Dalam dunia kerja, dengan senantiasa menegakkan suara positif, maka akan lahir budaya positif dan perilaku positif di sebuah instansi. Budaya positif melahirkan positive self motivated dan produktivitas, bahkan beyond motivation.

Sesungguhnya Ruhani juga mengajak fokus pada perbaikan diri sendiri, dan tidak menilai-nilai orang lain. Hasil yang dicapai jika kita mampu mengontrol suara hati, maka ruhaninya akan terdidik secara otomatis oleh Tuhannya. Semua perbuatannya akan terbit dari hati (min taqwal qulub), bukan terbit dari sifat manusia yang penuh hawa dan nafsu. Implikasinya, ia akan senantiasa berperilaku positif, disuruh atau tidak disuruh, ada aturan atau tidak ada aturan, ia akan terdorong untuk senantiasa berbuat positif.

Pemberdayan Ruhani tidak saja bermanfaat untuk memperbaiki manajemen, namun justru bermanfaat bagi diri pribadi, orang lain, dan lingkungan secara berkesinambungan. Hal ini karena pemberdayaan Ruhani akan berimplikasi pada pembentukan pribadi yang jujur, rendah hati, amanah, bertangung jawab, dan sifat positif lainnya. Karena itu, Ruhani value ini tidak hanya penting bagi karyawan dalam suatu perusahaan, namun bagi semua manusia dalam segala aspek kehidupannya, dalam rangka untuk mencapai kemenangan diri baik dalam kehidupan pribadinya maupun karirnya. Sebagai contoh sederhana, orang yang telah terdidik ruhaninya, misalnya di hadapannya terdapat uang yang bukan miliknya, kemudian ada godaan untuk mengambilnya, secara otomatis akan muncul suara hati yang melarang dan mencegahnya, sehingga ia pun terhindar dari perilaku negatif tersebut.

                                   

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt.

Dalam konteks amaliah, ada beberapa langkah praktis mengaplikasikan fungsi Ruhani baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam organisasi:

  1. Setiap akan melakukan sesuatu perbuatan atau tindakan hendaknya terlebih dahulu ingat akan Tuhan Sang Pencipta;
  2. Setiap akan melakukan tindakan tidak terburu-buru, namun terlebih dahulu mendegarkan suara hatinya melalui rasa;
  3. Setelah dia mendengarkan suara hatinya, maka ada suara yang positif dan negatif;
  4. Suara yang negatif tersebut dikontrol dengan suara yang positif (niatnya ditertibkan);
  5. Melakukan kontrol suara hati tersebut secara terus menerus secara berkesinambungan sehingga menjadi kebiasaan;
  6. Kebiasaan mengontrol suara yang negatif tersebut akan menjadikan karakter yang positif;
  7. Karakter yang positif akan membentuk kepribadian yang positif;
  8. Perilaku kerja positif akan terwujud dalam bentuk integritas, profesionalitas, inovasi, efektivitas, efisiensi, dan produktivitas yang tinggi sehingga sebuah instansi atau perusahaan akan jaya, dan karyawan sejahtera dunia dan akhirat.

 

Foto Yayasan Mujahidin Kalbar Terima Waqaf 1000 Bibit Pohon Kurma

Yayasan Mujahidin Kalbar Terima Waqaf 1000 Bibit Pohon Kurma

Portal Yayasan Mujahidin Kalbar, Bendahara Umum Yayasan Mujahidin Kalbar H. Rusliansyah D Tolove mewakili Ketua Umum Yayasan Mujahidin menerima wakaf pohon kurma dari komunitas Kurma Kalbar  sebanyak 1000 bibit pohon kurma (Jumat 12/3/2021). bibit ini diwakafkan kepada Masjid Raya Mujahidin Kalbar untuk ditanam di sepanjang taman dan pembatas parkir Masjid Raya Mujahidin Kalbar.

Pada kesempatan ini hadir langsung Bapak Iwan, selaku mewakili dari komunitas Kurma kalbar sekaligus pakar tanaman kurma dari Kalbar. Bersama tim dari komunitas lainnya , beliau memberikan edukasi dan teknik penanaman kurma yang ideal agar dapat tumbuh dan berbuah.

Turut hadir  juga pengurus Yayasan Mujahidin Kalbar H. Joni Abu selaku Direktur Eksekutif Yayasan Mujahidin dan pengurus masjid dalam menyambut wakaf kurma ini. Berbagai macam teknik perawatan pohon kurma diberikan kepada para petugas , mulai dari teknik penanaman perawatan dan juga pengobatan untuk pohon pohon kurma yang sudah kritis.

Diperkirakan beberapa tahun kedepan, kurma yang ditanam pada hari ini dapat berbuah. Berdasarkan pengalaman di tempat lainnya pohon kurma yang ditanam dapat berbuah dengan baik walaupun rasanya tidak sama persis dengan kurma yang tumbuh di Timur Tengah. (tt)

Foto Memaknai Realita Isra Mi’raj Dalam Meningkatkan Kualitas Keimanan

Memaknai Realita Isra Mi’raj Dalam Meningkatkan Kualitas Keimanan

Portal Yayasan Mujahidin Kalbar, Masjid Raya Mujahidin Kalbar memperingati Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW 1438 H dengan penceramah Ustadz Dr. Moh Yusuf Hidayat, M.Pd, bertempat di Masjid Raya Mujahidin, Jumat (12/3/2021).

Link Video Isra Mir'aj  https://www.youtube.com/watch?v=jxRD0nCe8Xk

Kegiatan dilaksanakan seusai sholat jumat ini sebagian besar dihadiri oleh jamaah seusai sholat jum’at. Dengan rangkaian acara dibuka sambutan oleh Kepala Kemenag Provinsi Kalbar, Drs. H. Ridwansyah, M.Si , kemudian dilanjutkan oleh sambutan Wakil Gubernur Kalbar Drs. H. Ria Norsan, MM, MH, dan Tausiyah disampaikan oleh Ustad Dr Moh Yusuf Hidayat, M.Pd.

Kegiatan Peringatan Isra Mir’raj ini dimulai pukul 12. 35 hingga pukul 13. 30 . Dalam ceramahnya Dr. Moh Yusuf Hidayat menyampaikan bahwa, Peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Sallallahu ‘alaihi Wassalam (SAW), diambil dari dua buah kata yang penuh arti yaitu Isra’ yang berarti “perjalanan malam” dan Mi’raj yang berarti “naik ke langit”. Perjalanan malam yang dimaksud adalah perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa. Dari peristiwa Isra’ Mi’raj inilah umat Islam di seluruh dunia mengenal yang namanya sholat dan diwajibkan untuk melakukan sholat 5 waktu dalam sehari semalam.

Diakhir ceramahnya Dr Yusuf Hidayat menyampaikan bahwa  generasi muda perlu mendapat perhatian lebih. Karna generasi muda   ini kelak yang dapat mendoakan kita. Sehingga selayaknya anak anak kita perlu kiranya di berikan bimbingan agama yang cukup dan baik. (tt)

Foto Masjid Raya Mujahidin Kalbar Adakan Pelatihan Tim Fardhu Kifayah

Masjid Raya Mujahidin Kalbar Adakan Pelatihan Tim Fardhu Kifayah

Portal Yayasan Mujahidin Kalbar, Dalam Islam, pengurusan jenazah masuk dalam kategori ibadah fardhu kifayah. Artinya, kewajibannya dibebankan kepada seluruh muslim, namun bisa gugur apabila ditunaikan oleh hanya sebagian msulim saja.

Hal tersebut yang melatarbelakangi Lembaga Sosial dan Keummatan Yayasan Mujahidin dalam bentukkan Tim Fardhu Kifayah Mujahidin  untuk mengadakan Pelatihan Pemulasaran Jenazah. Menara Tunggal Masjid  Raya Mujahidin (Kamis 11/03/21)

Sekitar 20 peserta yang mengikuti, kebanyakan terdiri dari petugas Lembaga di Yayasan Mujahidin, Remaja Mujahidin dan aktivis masyarakat lainnya. Dengan pelatihan ini, diharapkan peserta bisa mengimplementasikan ilmunya, ketika ada panggilan kemanusiaan datang. Mereka mengikuti kegiatan untuk mengupgrade skill, untuk bisa terus bermanfaat di masyarakat sekitar.

Pelatihan langsung dimentori  oleh Ustadz Ustadz Haji Halidi dan Ustadzah Wati,

Diharapakan dengan kegiatan ini, Tim Fardhu Kifayah Mujahidin dapat diapliaksikan langsung di masyarakat, bila nantinya panggilan bantuan untuk pengurusan jenazah datang.

“Semoga kegiatan ini bisa menambah pengetahuan pengurusan jenazah untuk peserta. Agar mereka bisa menerapkan ilmu, dan semakin bermanfaat  untuk lingkungan sekitar,” tutur Ketua Tim Fardhu Kifayah, Roni.    (tt)

Foto Khutbah Jum'at 19 Maret 2021 / 6 Syaban 1442  | Mencari Kebahagiaan Dunia & Akherat

Khutbah Jum'at 19 Maret 2021 / 6 Syaban 1442 | Mencari Kebahagiaan Dunia & Akherat

Khatib : Ustadz KH Helmi Amin

Kaum Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang dirahmati Allah SWT.

Di tengah kehidupan yang senantiasa bergulir, Jumat demi Jumat berlalu, seiring itu juga khutbah demi khutbah kita dengarkan dan menyirami sejenak hati yang penuh ketundukan  dan mengharapkan keridhaan Allah SWT. Kesadaran kemudian muncul dengan tekad untuk menjadi hamba yang Allah SWT yang taat. Namun kadangkala dengan rutinitas yang kembali mengisi harihari kita, kesadaran itu kembali tumpul bahkan luntur. Oleh sebab itulah melalui mimbar jumat ini khotib kembali mengajak marilah kita berupaya secara sungguh-sungguh memperbaharui keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, memperbaharui kembali komitmen kita kepada Allah yang sering kita ulang-ulang namun jarang diresapi, sebuah komitmen yang mestinya menyertai setiap langkah kita:

Sesungguhnya sholatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah termasuk orang orang yang menyerahkan diri”.

Kaum Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang berbahagia

Imam Ibnu Katsir menyebutkan dalam Tafsirnya bahwa: Suatu ketika Umar bin Khatthab ra bertanya kepada seorang sahabat bernama Ubay Ibnu Ka’ab ra tentang taqwa, walau hal itu merupakan suatu hal yang sangat mereka ketahui, namun bertanya satu sama lainnya di antara mereka dalam rangka mendalaminya adalah hal yang sangat mereka sukai. Kemudian Ubay balik bertanya: “Wahai Umar, pernahkah engkau melalui jalan yang dipenuhi duri?” Umar menjawab, “ya, saya pernah melaluinya. Kemudian Ubay bertanya lagi: 

“Apa yang akan engkau lakukan saat itu?”. Umar menjawab: “Saya akan berjalan dengan sangat berhatihati, agar tak terkena duri itu”. Lalu Ubay berkata: “Itulah takwa”.
Dari riwayat ini kita dapat mengambil sebuah pelajaran penting, bahwa takwa adalah kewaspadaan, rasa takut kepada Allah SWT, kesiapan diri, kehati-hatian agar tidak terkena duri syahwat dan duri syubhat di tengah perjalanan menuju Allah SWT, menghindari perbuatan syirik, meninggalkan perbuatan maksiat dan dosa, yang kecil maupun yang besar. Serta berusaha sekuat tenaga mentaati dan melaksanakan perintah-perintah Allah dengan hati yang tunduk dan ikhlas.

Hadirin Jama’ah sholat jumat rahimakumullah  

Setiap orang beriman pasti akan menyadari bahwa ketika ia hidup di dunia ini, ia akan hidup dalam batas waktu tertentu yang telah ditetapkan oleh penciptanya, Allah SWT. Usia manusia berbeda satu sama lainnya, begitu juga amal dan bekalnya. Setiap orang yang berimanpun amat menyadari bahwa mereka tidak mungkin selamanya tinggal di dunia ini. 

Mereka memahami bahwa mereka sedang melalui

perjalanan menuju kepada kehidupan yang kekal abadi. 

Sungguh sangat berbeda dan berlawanan sekali dengan kehidupan orang-orang yang tidak beriman. Allah berfirman:

“Tetapi kamu (orang-orang kafir) lebih memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS. Al-A’la: 16-17)

Sayangnya, kesadaran ini seringkali terlupakan oleh diri kita sendiri. Padahal, bukan tidak mungkin, hari ini, esok, atau lusa, perjalanan itu harus kita lalui, bahkan dengan sangat tiba-tiba. Jiwa manusia yang selalu digoda oleh syaithan, diuji dengan hawa nafsu, kemalasan bahkan lupa, kemudian menjadi lemah semangat dalam mengumpulkan bekal dan beribadah, membuat kita menyadari sepenuhnya bahwa kita adalah manusia yang selalu membutuhkan siraman-siraman suci berupa Al-Quran, mutiara-mutiara sabda Rasulullah, ucapan hikmah para ulama, bahkan saling menasehati dengan penuh keikhlasan sesama saudara seiman. Sehingga kita tetap berada pada jalan yang benar, Istiqomah melalui sebuah proses perjalanan menuju Allah SWT.

Hadirin Jama’ah Sholat Jumat yang dimuliakan Allah

Jika kita membuka kembali lembaran kisah salafus shalih, kita akan menemukan karakteristik amal yang berbeda satu dengan yang lainnya. Ada di antara mereka yang konsen pada bidang tafsir, hadits, fiqih, pembersihan jiwa dan akhlak, atau berbagai macam ilmu pengetahuan lainnya. 
Namun, satu persamaan yang didapat dari para ulama tersebut, yaitu kesungguhan mereka beramal demi memberikan kontribusi terbaik bagi sesama. Sebuah karya yang tidak hanya bersifat pengabdian diri seorang hamba kepada Penciptanya saja, namun juga mempunyai nilai manfaat luar biasa bagi generasi berikutnya.

Marilah kita renungi firman Allah SWT berikut:

 “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu dari (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari

(kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. A- Qashash: 77).

Hadirin yang dimuliakan Allah

Dari ayat ini kita dapat mengambil pelajaran penting, tentang beberapa prinsip yang perlu kita sadari bersama akan keberadaan kita di dunia ini.
Pertama, prinsip mengutamakan kebahagiaan kehidupan akhirat. Prinsip ini menghendaki agar dalam melaksanakan kehidupan di dunia, kita senantiasa mengutamakan pertimbangan nilai akhirat. Namun perlu dipahami, mengutamakan kebahagiaan akhirat bukan berarti mewujudkan kebahagiaan duniawi diabaikan begitu saja, sebab amal akhirat tidak berdiri sendiri dan terlepas dari amal duniawi. Sungguh amat banyak amalan akhirat yang berhubungan erat dalam mewujudkan kebahagian duniawi.

Umpamanya sholat, seorang yang melaksanakan shalat dengan tekun dan disiplin bukanlah semata-mata sebagai amal akhirat yang tidak berdampak duniawi, sebab bila shalat itu dilaksanakan menurut tuntutan Allah dan rasulNya, umpamanya secara berjamaah, niscaya ia akan banyak memberikan hikmah dalam kehidupan dunia. 

Dengan shalat yang benar akan dapat mencegah seseorang dari berbuat keji dan mungkar. Dengan demikian manusia akan terhindar dari perbuatan yang dapat merugikan orang lain, sehingga terciptalah ketenteraman hidup bersama di dunia ini.

Begitu juga dengan infaq dan shadaqah, seorang yang beramal dengan niat mulia untuk mendapatkan ganjaran berupa pahala dari Allah di akhirat, maka dengan hartanya tersebut dapat memberikan manfaat bagi kehidupan orang lain yang membutuhkan.
Kedua prinsip ‘ahsin’ yaitu senantiasa menghendaki kebaikan. Bila seseorang menanamkan prinsip ini dalam dirinya, niscaya ia akan menunjukkan diri sebagai orang yang pada dasarnya selalu menghendaki kebaikan. Ia akan senantiasa berprasangka baik kepada orang lain, selalu berusaha berbuat baik dan  berkata baik dalam pergaulan di kehidupan sehari-hari.

Maka akan selalu tampillah kebaikan demi kebaikan, mempersembahkan sebuah karya terbaiknya untuk kemanfaatan masyarakat disekitarnya, peduli akan kemaslahatan umum, dan meninggalkan sebuah kebaikan yang akan selalu dapat dikenang oleh orang banyak walaupun ia sudah pergi terlebih dahulu menuju kehidupan yang abadi.

Ketiga adalah prinsip walaa tabghil fasaada fil ardh’ yaitu prinsip untuk tidak berbuat kerusakan. Bila prinsip ini dipegang teguh, seseorang akan lebih melengkapi prinsip yang kedua, yakni melengkapi upayanya berbuat baik dengan upaya menghindari perbuatan yang merusak. 
Terjadinya kerusakan alam, kerusakan moral, kerusakan dalam tatanan kehidupan masyarakat sering kali terjadi karena sudah hilangnya kesadaran akan tujuan hidup yang sesungguhnya, sehingga seorang lupa bahwa sesungguhnya ia tidak dibiarkan begitu saja, bahwa ia akan mempertanggung jawabkan segala perbuatannya ketika ia menghadap Allah di akhirat kelak. Hadirin sidang sholat Jumat yang dimuliakan Allah

Allah SWT mengingatkan kita dengan firman-Nya:

“Berbekallah kamu, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqarah: 197)

Walaupun ayat di atas menjelaskan tentang bekal penting dalam         perjalanan           ibadah        haji, namun sesungguhnya ia merupakan gambaran ketika manusia akan menghadap Allah di padang mahsyar kelak, ibadah haji merupakan miniatur gambaran manusia yang akan dikumpulkan di padang mahsyar nanti sebagaimana halnya mereka berkumpul di padang arafah. Maka bekalan utama yang dapat menyelamatkan itu adalah taqwa.

Firman Allah SWT di atas juga memiliki makna tersirat bahwa manusia memiliki dua bentuk perjalanan, yakni perjalanan di dunia dan perjalanan dari dunia. Perjalanan di dunia memerlukan bekal, baik berbentuk makanan, minuman, harta, kendaraaan dan sebagainya. Sementara perjalanan dari dunia juga memerlukan bekal.
Namun perbekalan yang kedua yaitu perbekalan perjalanan dari dunia menuju akhirat, lebih penting dari perbekalan dalam perjalanan pertama yakni perjalanan di dunia. Imam Fachrurrozi dalam dalam tafsirnya menyebutkan ada lima perbandingan antara keduanya:

Pertama, perbekalan dalam perjalanan di dunia, akan menyelamatkan kita dari penderitaan yang belum tentu terjadi. Tapi perbekalan untuk perjalanan dari dunia, akan menyelamatkan kita dari penderitaan yang pasti terjadi.

Kedua, perbekalan dalam perjalanan di dunia, setidaknya akan menyelamatkan kita dari kesulitan sementara, tetapi perbekalan untuk perjalanan dari dunia, akan menyelamatkan kita dari kesulitan yang tiada tara dan tiada habis-habisnya.

Ketiga, perbekalan dalam perjalanan di dunia akan menghantarkan kita pada kenikmatan dan pada saat yang sama mungkin saja kita juga mengalami rasa sakit, keletihan dan kepayahan. Sementara perbekalan untuk perjalanan dari dunia menuju akhirat, akan membuat kita terlepas dari marabahaya apapun dan terlindung dari kebinasaan yang sia-sia.
Keempat, perbekalan dalam perjalanan di dunia memiliki karakter bahwa kita akan melepaskan dan meninggalkan sesuatu dalam perjalanan. Sementara perbekalan untuk perjalanan dari dunia, memiliki karakter, kita akan lebih banyak menerima dan semakin lebih dekat dengan tujuan.

Kelima, perbekalan dalam perjalanan di dunia akan mengantarkan kita pada kepuasan syahwat dan hawa nafsu. Sementara perbekalan untuk perjalanan dari dunia akan semakin membawa kita pada kesucian dan kemuliaan karena itulah sebaik-baik bekal. (Tafsir ArRaazi 5/168)

Foto Khutbah Jum'at 26 Maret 2021 |  WUDHU LAHIR dan WUDHU BATIN

Khutbah Jum'at 26 Maret 2021 | WUDHU LAHIR dan WUDHU BATIN

WUDHU LAHIR dan WUDHU BATIN

(Perspektif Al-Imam Hatim Al-Asham)

Oleh : Drs. H. M. Ismail Kasim, M.Sc (Khatib Jum’at Masjid Raya Mujahidin tgl. 26 Maret 2021)

Hadirin, jamaah jumat Masjid Raya Mujahidin Pontianak, rahimakumullah,

Suatu ketika seorang sufi ahli tariqat, dan ahli ibadah, bernama: Al-Imam Hatim al-Asham (wafat tahun 237 H) diminta penjelasannya, oleh seseorang  ahli Fiqih, yang bernama, Ashim bin Yusuf, dalam satu Majlis ta’limnya, dalam satu pengajiannya.                             

Sebagai seorang ahli Fiqih,  Ashim bin Yusuf ini selalu melihat segalanya dari kacamata, dari sudut pandang Syariat. Ashim bertanya kepada Imam Hatim:

 “Wahai Imam Hatim, bagaimanakah cara Anda melaksanakan shalat?”

Imam Hatim Al-Asham sebagai ahli tarekat dan syariat menjawab: “ketika masuk waktu shalat, aku berwudhu dengan dua wudhu, yaitu Wudhu lahir dan Wudhu bathin. Wudhu lahir itu syariat dan wudhu bathin itu adalah haqiqat”.

Syekh Ashim bin Yusuf yang konsentrasi keilmuannya pada bidang Fiqih agak terkejut. Tapi sebelum keterkejutannya berlanjut, Imam Hatim al-Asham segera menerangkan bahwa “Wudhu Lahiritu dilakukan dengan cara membersihkan anggota badan menggunakan air.

Sedangkan Wudhu Bathin itu dilakukan dengan cara:  harus mencuci hati, membersihkan hati yang disebut “Salaamatush Shadri)”                 

Pertanyaannya, Bagaimana mencuci hati, membersihkan hati?

Kata Imam Hatim Al-Asham, paling tidak, dengan menempuh 5 cara:

  1. Hati, Dicuci dengan An-nadaamah, dengan rasa penyesalan, an-nadamah. Maksudnya apa?

Yaitu Menyesali kesalahan dan dosa-dosa yang telah pernah terkerjakan, sekaligus pula menyesal karena telah meninggalkan kebaikan.

Menyesal karena telah melakukan kesalahan, dan Menyesal karena tidak melakukan kebaikan.            

Masih mengenai an-nadamah ini, tentang menyesali kesalahan dan meninggalkan kebaikan yang utama ini, ada satu nukilan riwayat, yaitu kisah Sayyidina Umar bin Khattab ra yang patut untuk kita renungkan.

Beliau adalah sahabat utama baginda Rasul Saw, beliau adalah salah seorang yang dijamin sebagai ahli surga, dan beliau pun terkenal sebagai seorang sahabat yang kaya raya.                                    

Sayyidina Umar bin Khattab ra ini,  banyak  memiliki kebun kurma di Madinah. Pohon-pohon kurmanya berbuah dengan kwalitas terbaik, bagus, manis dan legit. Berkelas.

Tidak hanya itu saja, bahkan di dalam kebun nya itu terdapat satu sumber mata air, yang terus mengalir.   Padahal sudah dimaklumi bersama bahwa sulitnya sumber air di Madinah ketika itu.

Jadi bisa dibayangkan, berapa besar kekayaan sayyidina Umar, yang mempunyai kebun-kebun  kurma yang begitu luas, ditambah ada sumber air di dalam kebun itu.                        

Sebagai manusia biasa tapi luar biasa, ada rasa, Betapa bahagianya beliau  memiliki kebun kurma yang demikian luar biasa  tersebut, sehingga seringkali beliau ini berjalan, mengelilingi dan memeriksa perkebunannya dan juga hasil kebunnya tentunya.

Lalu, suatu ketika,  sepulang dari kebun kurma nya, di tengah jalan,  beliau ketemu dengan beberapa  sahabat yang berjalan bersama-sama.

Assalamualaikum, sapa Sayyidina Umar.

Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Jawab para sahabat.

Kemudian Sayyidina Umar bertanya: “dari manakah gerangan kalian berjalan bersama-sama?”

Para sahabat menjawab“ kami ini baru pulang dari shalat ashar berjamaah”.

Lalu apa yang terjadi?       

Seketika itu juga Sayyidina Umar berucap: “innaalilahi wa innaa ilaihi rajiun”.  Jadi Antum ini baru habis shalat ashar berjamaah ya ?”

“Iya, kata para shahabat nya”

“Masyaallah” Astaghfirullah,”. Aku sendiri ini ketinggalan shalat ashar berjamaah, karena mengurus kebun kurmaku ini.

Dan oleh karena itu saksikanlah wahai para sahabatku, karena aku ketinggalan shalat ashar berjama’ah karena kebun kurma ini, maka hari ini kebunku ini aku wakafkan untuk kemaslahatan kaum muslimin”

Allahu akbar.                             

Ini, contoh yang sangat luar biasa, yang barangkali juga sangat sulit untuk kita ikuti, tapi perlu kita ketahui bahwa orang shalih terdahulu, utamanya para shahabat Nabi, itu sangat luar biasa dalam hal beramal shaleh.

Jadi rupanya bagi sayyidina Umar ucapan “innaalilahi wa innaa ilaihi rajiun”menunjukkan betapa penyesalan yang luar biasa dari beliau. Kenapa? Karena akibat ketinggalan berbuat kebaikan dan keutamaan, apa? yaitu ketinggalan  shalat ashar berjamaah.

Lalu bagaimana dengan kita? Yang barangkali bukan hanya sekali, ketinggalan shalat berjamaah, tapi sudah bilangan kali. Tak terhitung dah barang kali,

 

Bahkan bukan hanya ketinggalan shalat ashar berjamaah, tapi juga ketinggalan berjamaah shalat fardhu lainnya? Dan Kita malah tenang-tenang saja.        

Oleh karena itu, Mari, dalam rangka untuk perbaikan diri kita, mari  kita sama-sama melakukan introspeksi, muhasabah. Mari kita jaga dan kita istiqamahkan shalat berjamaah kita di masjid.

Hadirin jamaah jumat rahimakumullah.                                          

Biasenye kite ni,mengucapkan “Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun,” ketike mendengar kejadian musibah, terutame kalau mendengar berite orang meninggal. Iye, betol, tidak salah kite ucapkan itu:

Tapi beda dengan yang dicontohkan oleh shahabat Nabi. Sayyidina Umar mengucapkan Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun, karena ketinggalan shalat ashar berjamaah. Buka beliau  tidak shalat, shalat, tapi ketinggalan berjamaah nya. ketinggalan amal kebaikan yang utama, berjamaah itu.

Sayyidina Abu Bakar, mengucapkan “Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun,”

ketika beliau diangkat secara aklamasi umat muslim untuk menjadi Khalifah, menjadi presidennya umat Islam ketika itu. Beliau bukan mengucapkan “alhamdulillah, lalu syukuran” seperti yang banyak terjadi di zaman now ini. Tidak,

Tapi contoh dari beliau-beliau adalah beliau malah mengucapkan “innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun.             

Hadirin, jamaah jumat rahimakumullah,

Yang ke-2, Wudhu Batin yang dimaksud dan dicontohkan oleh Al-Imam Hatim Al-Asham, yaitu Hati harus dicuci dengan Taubat, yaitu Taubatan Nasuha.                     

Apa taubatan nasuha ini?, yaitu taubat yang sungguh-sungguh, menyesali semua dosa yang terlanjur pernah terkerjakan, dan bertekad, dengan memohon rahmat Allah, untuk  tidak lagi pernah mengulangi kesalahan dan dosa yang sama maupun dosa-dosa lainnya, dan mengiringi sisa-sisa hidup kita ini, dengan beramal shaleh. Setiap kali kita berbuat dosa, maka segera sebanyak kali kita bertaubat kepada Allah. 

Siapa sih orang yang tidak pernah berbuat salah, khilaf dan dosa? Apa ada yang berani mengaku dirinya paling bersih, tidak punya dosa?

“Wahai orang-orang yang berimana, bertaubatlah kalian dengan taubatan nasuha”.                          

Yang ke- 3, Hati harus dicuci dengan meninggalkan terlalu cinta dunia atau  “tarku hubbid dunya”. Limazaa? kenapa? liannahu ra’su kulli khati’athin, karena terlalu cinta dunia ini adalah sumber kejahatan. Padahal dunia adalah kesenangan yang menipu.

Kehidupan dunia itu, tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu dan memperdayakan.”

(Q.S. Ali Imran: 185)

 

Yang ke-4,  apa yang telah disampaikan oleh Imam Hatim ini sejak ratusan tahun yang lalu, hari ini dapat kita rasakan bahkan kita saksikan.              

Maka kata Imam Hatim, wudhu batin selanjutnya adalah hati dicuci dengan menjauhkan diri dari suka menguber-uber suatu posisi secara over akting, berlebihan-lebihan, kadang menohok kawan seiring menggunting dalam lipatan, tidak peduli ini sesuai aturan atau tidak, yang penting dapat.

Inilah yang disebut dengan “Hubbur Riyaasah”, mabok posisi, kedudukan.

Tapi Sepanjang maseh sesuai dengan aturan main yang benar dan bermartabat, monggo silakan. Silakan. Boleh.

Dan orang-orang muslim yang baik dan berakhlak, berkarakter, punya potensi kompetensi perlu berupaya untuk memperoleh kesempatan untuk menduduki suatu posisi, entah itu di organisasi kemasyarakatan, entah di dunia politik, entah di bidang pemerintahan. Perlu, bahkan harus.   

Kenapa? Sebab kalau tidak, maka posisi-posisi itu akan direbut dan diisi oleh orang-orang  gile, orang-orang yang tidak kenal iman, tidak kenal akhlak, tidak punya kompetensi, tidak punye itikad baik terhadap kemaslahatan umat dan bangsa ini. Bise kacau jadinye. Nauzubillah tsumma nauzubillah.

Makanya, umat islam ini harus kuat dan kompak, bersatu.

Hadirin, jamaah jumat rahimakumullah,

Yang ke-5, Wudhu Batin dilakukan dengan cara membersihkan Hati dari “Tarkul Hidqi wal Hasad, menjauhi sifat dendam dan dengki.

Dua sifat ini sangat tidak baik bagi kehidupan ini, baik bagi diri sendiri maupun dalam pandangan orang lain.

Kenapa?                                    

Karena sifat dendam dan dengki akan menimbulkan efek nagatif. Dada terasa sesak, karena tidak senang liat orang senang. Emosi jadi tidak stabil. Tidak bisa menikmati hidup ini dengan tenang dan nyaman, tidak memiliki empati dan simpati pada orang lain. Pokoknya kacau.

Karena Sifat dendam dan dengki ini adalah bawaan dari syaitan. Dan kita semua tau bahwa syaitan kerjanya adalah menggiring manusia ke jalan kejahatan dan kehancuran.

Hadirin jamaah jumat rahimakumullah,

Demikianlah Imam Hatim Al-Ashim, memaknai wudhu secara bathin.

Lalu bagaimanakah cara beliau melaksanakan shalat?

 

 

Kemudian kata Imam Hatim al-Asham, “ketika memulai shalat, aku rasakan ka’bah di depanku, surga di kananku, neraka di kiriku, shirathal mustaqim di telapak kakiku, dan Izrail telah menunggu di belakangku yang siap menyabut nyawa, dan aku fokuskan hati dan fikiranku ke hadirat Allah Swt.

Aku merasa bahwa segala amal ibadah yang dapat kulaksanakan adalah semata-mata adalah karena rahmat Allah...

Hadirin jamaah jumat rahimakumullah,

Dengan demikian, kita tempatkan keyakinan kita, bahwa segala amal ibadah yang dapat kita kerjakan, dan segala larangan dan dosa dapat kita tinggalkan dan jauhi, adalah semata-mata karena rahmat Allah kepada kita, bukan karena kehebatan kita sebagai manusia, bukan karena kehebatan ilmu hasil belajar kita, tapi karena semata-mata rahmat Allah yang Agung kepada kita.

Semoga Allah senantiasa mengampunkan semua dosa kesalahan kita, membersihkan tauhid kita, dan menyelamatkan hidup kita, anak-anak keturunan kita, keluarga kita, di dunia ini, lebih-lebih lagi di akhirat nanti.

Aamiin yaa rabbal ‘aalamiin.

Foto Remaja Mujahidin Gelar Pengkaderan Anggota Muda, Orientation and Leadership Training (OLT)

Remaja Mujahidin Gelar Pengkaderan Anggota Muda, Orientation and Leadership Training (OLT)

Portal Yayasan Mujahidin Kalbar, Remaja Mujahidin (RM) adakan pengkaderan anggota muda, Orientation and Leardership Training (OLT) 1, pada hari Jumat hingga Ahad (19 – 21/3). OLT 1 ini diadakan sebagai upaya pengembangan kualitas diri calon anggota RM yang merupakan khalifah di muka bumi dan pelayan umat. Secara tatap muka, kegiatan ini menghadirkan 5 pemateri hebat. Masing-masing dari pemateri tersebut menyampaikan 1 materi. Tepat dihari pertama pada tanggal 19/3, Jum'at pukul 16.00 WIB, Materi pertama disampaikan oleh saudara Abdul Rahim, S.Pd yang bertemakan "Syahadatain". Pada hari kedua tanggal 20/3, pukul 08:05 WIB Materi kedua disampaikan oleh saudara Anggun Arianto, SE. yang bertemakan "Kepemimpinan dan Kemasjidan", dilanjutkan materi ketiga yang disampaikan pada pukul 09:20 WIB oleh saudara Syaiful Yusuf, S.Si yang bertemakan "Manajemen Waktu", kemudian pada pukul 10.35 WIB materi yang keempat disampaikan oleh saudara Syabarrudin, M.pd yang bertemakan "Pendidikan Islam". Pada tanggal 21/3 hari Sabtu, Materi yang kelima/ materi terakhir disampaikan oleh saudara Muhammad Thaufani, SE. yang bertemakan "Konsep Diri" dan pada hari Ahad 21/3 pukul 03.20 WIB dilakukannya kegiatan Muhasabah yang disampaikan oleh saudari Indah Sari. Selama proses penyampaian materi, para peserta tampak semangat dan sangat serius dalam mendengarkan materi yang disampaikan dan tentunya materi-materi tersebut dapat menjadi bekal bagi para peserta OLT1. Selain penyampaian materi, OLT 1 juga memiliki rangkaian agenda yang membantu para peserta untuk aktif bergerak dan menyampaikan pendapatnya. Kegiatan ini dibuka langsung oleh .... Dalam sambutannya, ... menyampaikan, “...” Penutupan OLT 1 dilaksanakan pada pagi Ahad di Masjid Raya Mujahidin, dan mengundang para orang tua/wali dari para peserta. Penutupan ini juga sekaligus melantik peserta OLT 1 (anggota muda RM) menjadi anggota biasa. Suasana khidmat jelas terlihat pada proses pelantikan ini. Semua peserta, dipimpin oleh ..., berikrar dengan suara lantang yang membuat keadaan sekitar menjadi hening. Ikrar ini bukan hanya sekadar ucapan saja, tetapi juga dibuktikan oleh perbuatan dan komitmennya di jalan dakwah. Sebuah langkah dan semangat baru dalam dakwah untuk selalu mengabdi kepada Allah SWT., agama, dan umat. Semoga kita tetap istikamah, dan selamat berjuang untuk anggota baru Remaja Mujahidin angkatan 48.