logo yayasan mujahidin

Sedang memuat ...

Berita

Foto KHUTBAH JUM’AT 25 OKTOBER 2019

KHUTBAH JUM’AT 25 OKTOBER 2019

25 Oktober 2019 M | 26 Shafar 1441 H

Khatib : Ustadz KH Zainuddin Ahmad

(Imam Tetap Masjid Raya Mujahidin)

Tema : "Riya, Duri Dalam Beramal"

Link Video : http://bit.ly/KhutbahJumat_25Okt2019

 

Portal Masjid Raya Mujahidin, Dalam Khutbahnya beliau menyampaikan bahwa jika kita beramal, namun dalam hati masih ada keinginan untuk mendapatkan pujian dan perhatian dari orang lain maka itu termasuk kedalam riya.

“Riya merupakan duri yang paling tajam diantara duri duri yang menjadi penghalang utama datangnya pahala dari Allah, karena beramal dengan riya amalannya menjadi sia sia”

Ustadz Zainuddin Ahmad juga menambahkan bahwa riya  dapat merusak mental, tingkah laku seseorang akan menjadi sakit bila penyakit riya ini muncul dalam hati.

“ Jika penyakit riya jika sudah akut dan meliputi jiwa seseorang, maka ia semakin gila terhadap sanjungan dan pujian. Bagi dirinya, sanjungan adalah tujuan utama dari segala amal ibadah yang dilakukannya”

Dengan demikian, ia menjadikan ibadahnya, sedekahnya, Sholatnya, hajinya dan puasanya hanya sebagai lipstik belaka, demi untuk meraih simpatik dan pujian dari orang lain. Oleh karena itu, riya sama dengan syirik kecil, sebab ia telah berusaha menipu Allah, meskipun ia tahu bahwa Allah tak mampu ditipu. Akhirnya ia hanya bisa menipu diri sendiri. Ia menyembah tetapi bathin dan pikirannya mencari sanjungan manusia.

Dalam hal ini, Ali bin Abi Thalib berkata : orang riya itu memiliki 3 ciri. Yakni pertama malas beramal ketika ia sendirian, dan giat beramal ketika dirinya berada ditengah orang banyak. Kedua, menambah amalianya ketika dirinya dipuji. Dan ketiga mengurangi amaliahnya ketika dirinya dicela.

Rasulullah SAW juga menjelaskan tentang ini dalam sabdanya : “Barang siapa mengerjakan sholat dengan baik bila dilihat orang kemudian mengerjakannya dengan jelek bila sendirian, maka perbuatannya itu termasuk penghinaan kepada Tuhannya. “

Di akhir khutbahnya ustadz KH Zainudin Ahmad menyampaikan bahwa ketidakikhlasan itu bersumber dari kotoran hati yang tidak pernah dicuci dengan air ketawadhuan dan ketauhidan, sehingga setiap beramal ia selalu membutuhkan orang lain untuk memperhatikan dirinya, selama ia tidak mencuci hatinya, maka selama itu pula ia tidak pernah ikhlas dalam setiap baramal dan beribadah. Mudah-mudahan Allah membersihkan hati kita dari segala penyakit yang dapat merusak amal ibadah kita , sekaligus menunjukkan kita kejalan yang diridhainya. Aamiin yaa rabbal ‘alamin.   (tt)