logo yayasan mujahidin

Sedang memuat ...

Berita

Foto Khutbah Jum'at  Masjid Raya Mujahidin ke 2111 _ 18 Oktober 2019

Khutbah Jum'at Masjid Raya Mujahidin ke 2111 _ 18 Oktober 2019

18 Oktober 2019 M | 19 Shafar 1441 H

Khatib : H. Mahsub Nahyus, A.Ma

(Imam Tetap Masjid Raya Mujahidin)

Tema : "Membina Kekuatan Rohani"

Link Video http://bit.ly/KhutbahJumatMasjidRayaMujahidin_18okt2019

       Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

            Kehidupan yang kita jalani di dunia ini mengalami pasang surut. Ada saat kita mengalami hal-hal yang menyenangkan, tetapi pada saat yang lain kita mengalami hal-hal yang menyengsarakan. Sebagai Muslim, hal itu harus kita sadari sebagai wujud dari ujian Allah SWT kepada kita agar manakala hidup ini tetap kita jalani dengan baik, sebagaimana yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya, kita berarti menjadi Mukmin yang sejati. Allah SWT berfirman,

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۗوَاِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ

Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.” [QS. Al-Anbiya : 35]

            Bila seseorang tetap dalam kebenaran Islam, baik dalam keadaan menyenangkan atau menyengsarakan, itulah yang kita sebut sebagai orang yang memiliki kekuatan rohani, sehingga orang yang rohaninya kuat manakala mengalami hal-hal yang meyenangkan, ia tidak akan lupa diri dan bila mengalami hal-hal yang menyengsarakan tidak akan putus asa. Lemahnya kekuatan rohani terbukti tidak hanya membawa malapetaka atau akibat negatif bagi yang lemah rohaninya, tetapi juga bagi orang lain, termasuk yang memiliki rohani yang kuat. Dengan demikian, memiliki kekuatan rohani merupakan sesuatu yang amat penting.

            Diantara contoh tentang orang yang kuat rohaninya adalah Nabi Sulaiman AS yang ketika berkuasa atau menjadi raja dan memiliki kekayaan yang berlimpah tetap dalam kebenaran Islam dan tidak lupa diri, bahkan apa yang didapat dan dirasakanya berupa kekuasaan dan kekyaan itu diyakininya sebagai anugerah Allah yang harus disyukuri dan dimanfaatkan untuk segala bentuk kebaikan. Allah SWT berfirman yang menceritakan soal ini,

قَالَ الَّذِيْ عِنْدَهٗ عِلْمٌ مِّنَ الْكِتٰبِ اَنَا۠ اٰتِيْكَ بِهٖ قَبْلَ اَنْ يَّرْتَدَّ اِلَيْكَ طَرْفُكَۗ فَلَمَّا رَاٰهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهٗ قَالَ هٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّيْۗ لِيَبْلُوَنِيْٓ ءَاَشْكُرُ اَمْ اَكْفُرُۗ وَمَنْ شَكَرَ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ رَبِّيْ غَنِيٌّ كَرِيْمٌ

“Seorang yang mempunyai ilmu dari Kitab berkata, “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” Maka ketika dia (Sulaiman) melihat singgasana itu terletak di hadapannya, dia pun berkata, “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Barangsiapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barangsiapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya, Mahamulia.” [QS. An-Naml : 40]

            Contoh lainnya adalah sekelompok pemuda yang karena mempertahankan kebenaran Islam yang diyakininya, meskipun mereka harus berhadapan dengan penguasa yang zalim, mereka pergi menyelamatkan diri dari kerajaan penguasa yang zalim itu meskipun harus bersusah-susah dan bersembunyi di dalam gua, begitu yang dikisahkan Allah SWT di dalam surah Al-Kahfi. Dan contoh-contoh orang yang memiliki kekuatan rohani begitu banyak, disamping banyak juga contoh orang-orang yang rohaninya begitu lemah semacam Fir‘aun yang karena berkuasa, lalu menyombongkan diri, bahkan hingga memproklamasikan diri sebagai Tuhan, begitu juga dengan Qarun yang karena hartanya banyak, amat menyombongkan diri terhadap orang lain, padahal kesombongan itu membuat mereka menjadi tidak tenang dalam menjalani kehidupannya.

Sidang Jumat rahimakumullah

            Untuk merinci lebih lanjut tentang seperti apa orang yang memiliki kekuatan rohani, dalam khotbah yang singkat ini kita simpulkan ada lima ciri orang yang memiliki kekuatan rohani.

            Pertama, takut kepada Allah SWT, sehingga dengan rasa takut ini, seorang Muslim akan selalu menghindari segala bentuk yang dapat mendatangkan murka, adzab, siksa, dan penilaian dosa dari Allah SWT. Dia tahu bahwa murka, adzab, dan siksa Allah merupakan sesuatu yang amat sangat dahsyat, baik di dunia maupun di akhirat. Karena itu, takut kepada ALLAH SWT akan membuat seorang Muslim semakin memperoleh kenikmatan dari Allah dan memperoleh petunjuk untuk menjalani kehidupan yang benar dan ini akan membuat dirinya semakin memiliki kekuatan rohani. Allah SWT berfirman,

وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗ ۙ لِئَلَّا يَكُوْنَ لِلنَّاسِ عَلَيْكُمْ حُجَّةٌ اِلَّا الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْهُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِيْ وَلِاُتِمَّ نِعْمَتِيْ عَلَيْكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَۙ

“Dan dari manapun engkau (Muhammad) keluar, maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja kamu berada, maka hadapkanlah wajahmu ke arah itu, agar tidak ada alasan bagi manusia (untuk menentangmu), kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka. Janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, agar Aku sempurnakan nikmat-Ku kepadamu, dan agar kamu mendapat petunjuk.” [QS. Al-Baqarah : 150]

            Orang yang memiliki kekuatan rohani pasti memiliki rasa takut kepada Allah, karena yang ingin dicapainya tidak hanya kebahagiaan di dunia ini saja, tetapi juga kebahagiaan di akhirat kelak. Hal itu tidak mungkin dapat dicapai, kecuali dengan membuktikan rasa takut kepada Allah SWT. Karena itu doa yang selalu dipanjatkan sebagaimana disebutkan dalam surah Al-Baqarah : 201 adalah hasanah atau kebaikan di dunia dan di akhirat.

            Kedua, yang merupakan ciri kekuatan rohani adalah bergairah dalam taat. Ini merupakan sesuatu yang amat penting sebagai wujud dari sikap takutnya kepada Allah. Bagi orang yang memiliki kekuatan rohani, ketaatannya kepada Allah tidak hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban, tetapi ia ingin mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dalam hidup di dunia dan akhirat, karena itu ia memiliki kegairahan dalam menunjukkan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.

            Kegairahan yang tinggi dalam taat kepada Allah akan membuat seseorang selalu menunjukkan ketaatan kepada-Nya secara berkesinambungan. Ia tidak hanya taat kepada Allah pada waktu-waktu tertentu atau di tempat-tempat tertentu saja, tetapi taat kepada Allah dimana pun ia berada dan dalam keadaan bagaimanapun situasi dan kondisinya. Karena itu, manakala ia taat kepada Allah lalu merugikan secara duniawi, apalagi menguntungkannya, ia teteap taat dan terus taat kepada Allah, bahkan meskipun hanya sendirian. Kegairahan dalam taat kepada Allah membuat ia memiliki semangat yang tinggi dan keikhlasan yang membentengi perbuatan baiknya.

Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah

            Ciri ketiga dari orang yang memiliki kekuatan rohani adalah mencintai Allah SWT dan orang yang taat kepada-Nya. Dengan kecintaan kepada Allah SWT, seorang Muslim akan selalu menyesuaikan diri dengan apa pun yang Allah inginkan terhadap dirinya dan untuk itu, ia mau berkorban dengan harta dan jiwa serta mencurahkan segala potensi yang dimilikinya dalam cinta kepada Allah SWT. Disamping itu, kecintaan kepada Allah juga membuat seseorang tidak melakukan sesuatu yang baik hanya berdasarkan hitung-hitungan pahala meskipun memang ada nilai pahala dari kebaikan yang dilakukannya, bahkan cinta kepada Allah SWT membuat seseorang tidak melakukan sesuatu karena hukumnya wajib, sunnah, atau mubah. Pokoknya, orang yang cinta kepada Allah SWT akan melakukan segala yang disenangi Allah meskipun hukumnya hanya sunnah atau sekedar mubah. Disamping itu, cinta kepada Allah akan membuat ia meninggalkan sesuatu yang tidak dikendaki Allah meskipun hukumnya makruh. Sikap seperti ini akan membuat sesorang Muslim semakin memiliki kekuatan rohani yang kuat.

            Selain cinta kepada Allah SWT, orang yang memiliki kekuatan rohani juga mencintai orang-orang yang dicintai Allah. Di dalam Al-Qur’an disebutkan Allah cinta kepada orang yang bertobat dan membersihkan diri [QS. Al-Baqarah : 222]

اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْنَ

“Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri.”

Dengan kecintaan kepada orang yang dicintai Allah SWT, akan terjalin ukhuwah islamiyyah sebagaimana yang pernah diperlihatkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya di Madinah. Bila seorang Muslim telah mewujudkan ukhuwah islamiyyah, ia akan semakin memiliki kekuatan rohani yang dapat diandalkan.

Keempat, yang merupakan ciri orang yang rohaninya kuat adalah memiliki semangat yang tinggi dalam membela dan menegakkan ajaran Islam. Sahabat-sahabat Nabi sebagai orang yang memiliki kekuatan rohani, amat tinggi semangat mereka dalam mebela dan menegakkan ajaran Islam. Sahabat Mush‘ab bin Umair dengan sangat rela meninggalkan keluarganya untuk  berdakwah ke Yatsrib yang kemudian disebut dengan Madinah, begitu juga dengan Mu‘adz bin Jabal yang bertugas dakwah ke Yaman. Bahkan, Amr bin Jamuh yang telah berusia 70 tahun dan kakinya sudah pincang dengan sebab peperangan yang diikutinya, masih saja mendaftarkan diri kepada Rasulullah SAW untuk ikut berperang meskipun anak-anaknya yang juga ikut berperang mencegahnya, tetapi malah ia katakan, “Justru dengan kakiku yang pincang ini, aku ingin meraih surga”. Yang lebih mengharukan lagi adalah sahabat Abdullah bin Ummi Maktum yang meskipun matanya buta, tetap mendaftarkan diri untuk ikut berperang meskipun ditolak oleh Rasulullah SAW dan baru pada masa khalifah Umar bin Khathab beliau diberangkatkan ke medan perang dengan tugas yang cocok  dengan kondisi fisiknya itu, dan masih banyak lagi contoh-contoh sahabat yang menggambarkan kekuatan rohaninya.

 

Sidang Jumat rahimakumullah..

            Ciri kelima dari orang yang memiliki kekuatan rohani adalah bertobat. Meskipun seorang Muslim telah memiliki kekuatan rohani, ia tetaplah manusia, bukan malaikat yang tidak pernah melakukan kesalahan. Meskipun kesalahan yang tidak disengaja, ia amat menyesali kesalahannya itu dengan tobatan nasuha, yakni tobat yang sesungguhnya dan berekad untuk tidak mengulanginya lagi. Bahkan bila kesalahan itu ada jenis hukumannya, orang yang memiliki kekuatan rohani tidak takut untuk dihukum dan tidak malu untuk meminta maaf kepada orang lain yang ia telah melakukan kesalahan terhadapnya. Ini semua menjadi sikap yang melekat dalam dirinya karena dosa meskipun kecil ukurannya, hal itu tetap akan menggerogoti kekuatan rohani.

            Akhirnya, menajdi tugas kita bersama untuk saling mengokohkan kekuatan rohani masing-masingagar hidup ini bisa dijalani sebagaimana yang dikendaki oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.

            Demikian khutbah Jum’at kita yang singkat pada hari ini, semoga bermanfaat bagi kita bersama, aamiin yaa robbal ‘aalamiin (TIH)