logo yayasan mujahidin

Sedang memuat ...

Berita

Foto KHUTBAH JUM'AT 4 OKTOBER 2019

KHUTBAH JUM'AT 4 OKTOBER 2019

Intisari Khutbah Jum’at

04 Oktober 2019 M | 05 Shafar 1441 H

Khatib : Moh. Yusuf Hidayat, M.Pd

Tema : PERSAUDARAAN MUSLIM

الحمد لله الذى لمن بيده زمام الأمور يصرفها على النحو الذى يريده فهو الفعّال لما يريد إذا أراد أمرا فإنّما يقول له : كـــن فيكــــون سبحانه قد برئ كـــلامه من لفظ وحرف

وتقدست أسماؤه وجلّت صفاته وكـــانت أفعاله عيون الحكمة

أشهد أن لااله إلاّ اللـــــــه وحده لا شريـــك له وأشهد أنّ محمدا عبده ورسوله

صلاة وسلاما على النبي العربي الأمّي أفصح من نطق بالضــــاد محمّد عبده ورسوله وعلى اله وأصحابه وأزواجه وذرّيّاته وإخوانه مــــن الرسل والأنبياء أمّـــا بعد :

 

 

Ibnu Asakir pernah meriwayatkan dalam sebuah kisah, ia bertutur bahwa Ahmad bin Ammar al-Asadi berkata, ‘suatu hari kami keluar bersama seorang guru dan sahabat-sahabatnya untuk mengantarkan jenazah seseorang. Di tengah perjalanan sang guru melihat sekumpulan anjing sedang bermain mesra, saling berkumpul dan menjilat. Sang guru berpaling kepada sahabat-sahabatnya seraya berkata : ”lihatlah anjing-anjing itu, alangkah baik budi pekertinya. Satu dengan yang lain saling menyayangi”

Kemudian setelah kami kembali dari pemakaman, kami lihat ada seonggok bangkai, sementara itu sekawanan anjing tadi beramai-ramai mengerumuninya, dan satu sama lain saling mencakar dan menggonggong berebut mengambil bagian dari bangkai itu.

Sang guru kembali berucap, kalian telah melihat tadi, manakala dunia tidak di tangan kalian, kalian begitu mesra namun manakala dunia di tangan kalian, kalian saling mencakar dan bertengkar bagaikan anjing berebut bangkai.

Kisah diatas adalah sebuah analogi bagaimana gambaran Ukhuwah Islamiyah kita sekarang ini.

Ketika tak muncul kepentingan dunia dalam diri kita, kasih sayang sesama kita terlihat melambung tinggi, tetapi ketika muncul kepentingan dunia yang menyangkut perut dan nafsu lainnya maka tak ada lagi rasa persaudaraan diantara kita.

Perhatikanlah saat kita sholat, pada saat ini sejenak kita hadapkan wajah dan hati kita pada kepentingan yang satu.

قل إنّ صـــــلا تى ونسكــــــى ومحياى ومماتى لله ربّ العــــــالمين ( الأنعام 162 )

Tidak ada kepentingan lain selain Allah, karena itu saat shalat kita terlihat sangat khidmat dan khusyu’ tak ada bantahan sedikitpun ketika imam mengucap “Allahu Akbar” sebagai makmum apapun profesi kita, kita turut mengucap “Allah Akbar”, ketika imam ruku’ dan sujud, kitapun turut ruku’ dan sujud. Begitu seterusnya hingga shalat  berakhir dengan ucapan salam.

Tapi perhatikan saat kita beraktifitas di pasar, di tempat ini biasanya tak ada kepentingan lain kecuali kepentingan perut dan nafsu, demi kepentingan ini, berbohong, menipu, mengurangi timbangan dan sumpah palsu menjadi hal yang biasa, demikian pula di tempat kerja, memfitnah, sikut dan sikat dianggap hal biasa – biasa saja. Bagaimana dengan organisasi kita yang berlabelkan Islam yang konon memperjuangkan aspirasi ummat Islam, di tempat seperti ini menggunting dalam lipatan bahkan membunuh karier sesamanya dianggap berkompetisi.

Bagaimana dengan persaudaraan dalam ikatan jama’ah-jama’ah yang sering mengaku dengan ahlu as salaf ataupun jama’ah-jama’ah yang lain dalam label Islam, pada ikatan seperti ini di dominasi pemilikan Surga dan saling mengklaim golongannyalah yang berhak masuk Surga dan lainnya silakan antri di pintu Neraka.

 

 

Di tempat seperti ini sepertinya tak adalagi kepentingan Allah, Allah menjadi hal yang tabu, eklusif yang hanya bias ditemui di masjid, pengajian atau majlis dzikir wa ta’lim.

Agama Islam mengajarkan kepada ummatnya agar selalu berpandangan yang positif dan optimis terhadap kehidupan ini. Betapapun secara lahiriyah, hidup ini kadangkala diwarnai perselisian, pertentangan dan hal –hal keras sampai bringas yang seakan – akan mustahil untuk mewujudkan kerukunan, perdamaian apalagi persaudaraan sesame manusia.

Pertikaian terjadi terkadang diakibatkan prilaku dan akhlak kita yang kurang terpuji, yang sangat mengecewakan bahkan menyakitkan hati orang lain dan lebih menyakitkan lagi jika mereka itu adalah tetangga padahal tetangga adalah saudara kita yang jauh, yang jika kita sakit, kebakaran atau tertimpa musibah lainnya, mereka adalah orang pertama dan utama membantu kita diminta atau tidak diminta.

Kita memiliki hak-hak bertetangga, bahkan menurut Rasulullah 40 rumah ke depan ke belakang ke samping kiri dan kanan memiliki hubungan persaudaraan sebagai tetangga apapun agamanya.

Rasulullah bersabda,

ما امن بـــــــى من بــــــــات شبعان وجاره جــــــائع وهو يعلـــــــــم به ( مجمع الزوائد ومنبع الفوائد )

“Tidak sempurna iman seseorang diantara kamu, jika ia tidak bias tidur karena kekenyangan sementara tetangganya tidak bias tidur karena kelaparan” Alangkah indahnya ajaran agama yang kita peluk ini dan begitu sempurnanya ajaran agama yang kita anut ini, terhadap mereka yang berlainan agama saja kita disuruh untuk berbuat yang terbaik.

Itulah sebabnya Allah SWT melarang kita jangan menyakitkan hati orang lain karena kitapun merasa sakit jika orang lain menyakitkan kita, Rasulullah bersabda :

لا يؤمن أحــــدكــــــم حــــتى يحــــبّ لأخيه ما يحبّ لنفسه ( رواه البـــخارى )

Tidak beriman salah satu dari kalian sehingga ia mencintai orang lain sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.

Jika Allah melarang kita jangan menipu, itu disebabkan karena kita juga tidak ingin ditipu, jika Allah mengharamkan bagi kita mengambil hak orang lain tanpa seizing pemiliknya, itu disebabkan karena kita tidak ingin diperlakukan seperti itu.

Allah SWT mengancam barangsiapa mengambil hak orang lain sekalipun hanya sejengkal tanah maka kelak tanah itu akan dipikulnya di dalam kubur sampai menunggu hari pembalasan.

Sesungguhnya manusia menurut fitrahnya adalah umat yang terpadu suka bekerja sama dan saling bantu membantu, namun pada perkembanganya karena banyaknya perbedaan dan kepentingan maka begitu mudah terjadinya perselisihan dan pertentangan.

Dalam kontek bernegara dan sebagai anak bangsa negeri ini yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama, akhir-akhir ini kita dihadapkan oleh fenomena yang sangat memprihatinkan, perjalanan hidup kita lebih sering memperlihatkan hal – hal kebalikan dari apa yang dianjurkan oleh agama kita sendiri.

Puja dan puji untuk para penghuni bangsa ini yang ramah dan saling menghargai itu…??? Kini tiba – tiba terasa aneh !!!

Sekelompok anak bangsa ini begitu mudah berkobar dadanya untuk saling mengejar dan tidak lupa mengumandangkan kalimat takbir hanya untuk menumpahkan darah saudaanya sesama muslim, dan diatas semua itu tidak lupa kita kumandangkan shalawat badar pertanda suatu kemenangan.

Dan lebih memprihatinkan hanya untuk satu jabatan kita rela berkorban, jika perlu dengan tetes darah sekalipun, semangat golongan itulah yang kita terjemahkan jihad fi sabilillah ???

 

Ma’asyiral Muslimin …

Sudah berbedahkah al-Qur’an yang kita imani atau ada Surga lain yang dijanjikan kepada kita, sehingga begitu mudah kita menghilangkan nyawa orang lain.

Jika dibandingkan dengan kwalitas kehidupan masyarakat yang tidak mengenal Tuhan sebagaimana yang terjadi pada komunitas orang-orang animis, sepertinya kita tidak lebih baik dari mereka, pertikaian dan kemarahan social antar sesama anggota masyarakat begitu mudah berkembang menjadi pertikaian massal. Bahwa nilai-nilai agama yang kita anut selama ini tampak seperti dibuang jauh-jauh dalam mengatasi pertentangan dan perselisihan yang menggoncangkan urat nadi kehidupan kita.

Sifat ma’af yang dijunjung Rasulullah seperti telah kita campakkan, kita lebih senang mempergunakan otot ketimbang otak, kita juga lebih suka mengikuti hawa nafsu disbanding hati nurani.

 

Kita sebagai bangsa Indonesia sebagai bangsa yang religius yang dikenal taat beribadah dan ramah menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan peradaban seharusnya mampu mempelopori kehidupan yang baik dan berkwalitas dengan warna Islam yang kita banggakan ini.

 

Hadirin …

Rasulullah SAW telah membina dan membangun masyarakat Islam dengan mempersaudarakan antara kaum Ansar dan Muhajirin. Persaudaraan yang diikat oleh Nabi yang sama, al-Qur’an yang sama, kiblat yang sama serta keyakinan dan akidah yang sama.

Beliau bersabda :

إنّ المؤمن للمـــؤمن كـــــــالبنيان يشدّ بعضهــــم بعضا و شبك أصابعه ( رواه البخاري )

“Seorang muslim dengan muslim yang lain ibarat satu bangunan yang satu menguatkan yang lain”

 

Banyak perintah Allah dan Rasul-Nya yang mengajak kita untuk senantiasa menjaga persaudaraan karena persaudaraan itu terletaknya persatuan dan diatas persatuan itu kita akan menemukan kekuatannya itu kekuatan yang maha dahsyat sehingga kita tidak mudah diadu domba, dicabik-cabik dalam negerinya sendiri.