logo yayasan mujahidin

Sedang memuat ...

Berita

Foto KHUTBAH  JUM'AT  11 OKTOBER 2019

KHUTBAH JUM'AT 11 OKTOBER 2019

Link Video  :  http://bit.ly/KhutbahJumat_11Okt2019

Intisari Khutbah Jum’at

11 Oktober 2019 M | 12 Shafar 1441 H

Khatib : H. M. Azman Alka, M.Ag

Tema :  " IKUTI ATURAN AL-QUR’AN "

Saudara kaum Muslimin Rahimakumullah,

Dalam kesempatan yang berbahagia ini marilah kita senantiasa memuji dan bersyukur kepada Allah SWT yang masih memberikan kesempatan dan keluasan untuk menikmati hidup dan kehidupan di dunia ini. Shalawat beserta salam senantiasa membasahi lisan kita menjadi bukti kecintaan kita kepada Rasulullah SAW. Kita berharap semoga syafaatnya akan kita peroleh di yaumil mahsyar nanti. Aamiin.

Kaum Muslimin yang berbahagia,

Bahasan Khutbah kita kali ini berlandaskan firman Allah :

إِلَّا تَذْكِرَةً لِمَنْ يَخْشَىٰ ,مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَىٰ ,طه

تَنْزِيلًا مِمَّنْ خَلَقَ الْأَرْضَ وَالسَّمَاوَاتِ الْعُلَى

Artinya : “Thaha. Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah. Melainkan sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah). Diturunkan dari (Allah) yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi.” (Q.S. Tha-Ha : 1-4)

Kaum Muslimin Rahimakumullah

Al-Qur’an sebagaimana kita ketahui adalah Kalamullah yang mengandung pelajaran, pendidikan dan petunjuk-petunjuk yang mengarahkan kepada kebahagiaan hidup seluruh umat manusia.

Jika dicermati ayat di atas maka ia mempunyai beberapa unsur :

Unsur pertama : Al-Qur’an adalah suara kebesaran Allah yang dengannya ditegakkan alam semesta ini. Al-Qur’an merupakan pedoman dari segala hakikat sesuatu, karena itu didalamnya kita temui tentang kejadian-kejadian masa lalu, kejadian yang kita hadapi saat ini dan kejadian yang akan kita hadapi kelak di negeri akhirat nanti.

Dan semua itu akan kita jadikan contoh serta pedoman agar kita menjadi orang-orang yang sukses dalam kehidupan dunia dan sukses pula dalam kehidupan akhirat nanti. Oleh karena itu, kaum Muslimin sekalian, mengapa kita harus mencari pedoman dari kitab-kitab yang belum dan tidak jelas asal-usulnya untuk kita jadikan pedoman hidup dan pedoman untuk beribadah.

Pada saat ini saudara sekalian, mulai muncul kembali kitab yang sudah menguning dari hutan rimba belantara yang berisi ajaran-ajaran yang menyesatkan dan mengaburkan, bahkan sampai pada tingkat menghilangkan pesan-pesan dan ajaran dari Rasulullah SAW, sehingga muncul seseorang yang berperan dan mengaku sebagai guru besar, atas nama ahli hakikat, tarekat dan ahli makrifat yang katanya mengajarkan ilmu tasawuf, ilmu mengisi batin, ilmu menyatu dengan alam, dan lain-lain, sehingga ada saudara-saudara kita yang telah kehilangan syariatnya. Mereka tidak lagi mau mendirikan shalat, bahkan cukup dengan duduk dan merenung sejenak, itu katanya sudah sama dengan shalat, padahal Rasulullah saja yang telah dirindukan oleh Surga kedatangannya, beliau tidak kurang dari 50 rakaat mendirikan shalat dalam sehari semalam bahkan sampai kaki beliau kelihatan membesar karena lamanya mendirikan Shalat. Selain itu ada pula ada saudara kita yang tidak mau lagi berpuasa, atau kalau pun berpuasa dirumah saja di luar rumah boleh berbuka, padahal dua pertiga dari setahun Rasulullah mengisi kehidupan kesehariannya dengan puasa. Selain itu ada juga yang mengajarkan shalat tergantung pada kehendak hati, jika hatinya tidak berkehendak untuk shalat maka ia tidak shalat. Ada juga yang belajar mati dapat melihat Surga setiap saat, dan ada juga yang mengatakan setiap Jum’at shalat di Masjidil Haram dan banyak lagi ajaran-ajaran yang menyesatkan.

Perlu diketahui saudara-saudara sekalian tingkat yang tertinggi dalam ma’rifatullah atau mengenal Allah itu adalah orang yang mengenal dirinya dengan taat menjalankan syariat Allah dengan baik dan benar sesuai tuntunan Rasulullah SAW. Karena tanpa syariat maka ma’rifat akan menjadi buta. Sebagaimana orang berjalan tanpa kaki pada malam hari di hutan belantara, dalam keadaan gelap gulita. Saudara sekalian mari kita merenung sejenak, apa wajar mengaku sebagai seorang ahli tarekat, hakekat dan ma’rifat ? Sementara membaca Syahadat dan Al-Fatihah saja belum benar, dan perintah Rasul untuk shalat berjamaah pun tidak mau, padahal rumah dekat dengan masjid atau musholla. Bahkan ada yang tidak mau shalat berjamaah kecuali hanya dengan diimami oleh gurunya, atau tidak mau mendengar ceramah orang lain kecuali hanya ceramah gurunya saja.

Saudara kaum Muslimin Rohimakumullah

Unsur yang kedua Al-Qur’an diturunkan adalah untuk membina kehidupan umat manusia atas kebenaran dan menumbuhkan rasa dan perasaan, memperkuat hubungan persaudaraan kehidupan dalam menuju puncak cita-cita kebahagiaan lahir dan batin, dunia dan akhirat. Di zaman sekarang ini, dengan alasan kebebasan berfikir dan berkehendak maka masing-masing berusaha mencari kebebasan, kepuasan dan kebahagiaan sendiri. Macam-macam cara yang mereka ciptakan, tetapi mereka juga tidak merasa puas dengan aturan yang dibuat, satu contoh di negara Irlandia Utara mereka keluarkan undang-undang yang mengesahkan perkawinan satu jenis. Laki-laki dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan. Ada pula perkawinan secara berkelompok, istri dan suami kepunyaan bersama. Di negara kita Indonesia sudah mulai berkembang kebebasan berfikir sehingga membuat aturan tanpa mempertimbangkan nilai ajaran Al-Qur’an dan hadits atau memaknai Al-Qur’an dan hadits sesuai dengan kemauannya seperti suami dapat dituduh memperkosa istri dan lain-lain, munculnya konsep Milqul Yamin yang dimaknai dengan, apabila seorang laki-laki menyukai seorang wanita dan wanita juga menyukai laki-laki tersebut mereka suka sama suka maka dipebolehkan berhubungan badan dengan syarat ditempat tertutup. Apakah itu bukan suatu kegilaan. Atau cara menutup aurat, mereka coba menutup tiga perempat badannya, seperdua badannya bahkan ada yang hampir tidak berpakaian, disangkanya model ini akan membawa kemajuan dan kebahagiaan namun kenyataannya menunjukkan sebaliknya, hal tersebut akan membawa dampak yang sangat buruk yang akan menghancurkan martabat kemanusiaannya, sebagai contoh, pada saat ini banyak wanita yang menjadi gagah dan akhirnya gagahi karena salah berpakaian.

Demikian pula dalam hal perundang-undangan baik yang berhubungan dengan ekonomi, sosial, politik, pendidikan dan lain-lain, barangkali sudah lebih dari seribu teori yang dikemukakan namun hanya beberapa aturan saja yang mampu bertahan kekebalan dan kekuatan peraturan itu hanya dalam batas-batas tertentu. Namun sangat jauh berbeda dengan aturan Allah, ia tetap benar, aktual di segala zaman dan tempat. Peraturannya selalu cocok di mana saja, di abad apa saja, karena peraturan itu dibuat oleh Allah yang menciptakan alam semesta ini dan dia pula yang memeliharanya sejak tidak adanya sampai masa kehancurannya nanti. Hal ini dengan jelas Allah mengatakan :

وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya :”Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertakwa.”(Q.S Al-An’am 153)

Sidang Jum’at Rahimakumullah

Akhirnya marilah kita simak dan kita renungkan hadits Rasulullah SAW: Artinya : “Aku tinggalkan dua pusaka yang membuat kamu tidak akan menjadi sesat selama-lamanya jika kamu berpegang kepada keduanya, yakni Kitabullah dan Sunnah-Nya.”

Oleh karena itu, mari kita senantiasa berpegang kepada keduanya. Jangan kepada yang lain tidak jelas asal-usulnya agar kita tidak tersesat dalam beribadah. Jika terjadi perbedaan dalam sesuatu hal maka kembalilah pada aturan Allah dan Rasulullah SAW.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

Artinya : “Jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dihari kemudian.” (Q.S An-Nisa : 59)