logo yayasan mujahidin

Sedang memuat ...

Berita

Foto Khutbah Jum'at 29 Januari 2021 | OPTIMIS (MASIH) BERADA DALAM MASA PANDEMI COVID 19

Khutbah Jum'at 29 Januari 2021 | OPTIMIS (MASIH) BERADA DALAM MASA PANDEMI COVID 19

Khutbah Jum'at Masjid Raya Mujahidin Pontianak Kalbar

Oleh: Drs. H. Dulhadi, M.Pd

Link https://youtu.be/zzmuMfulwRg

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Hadirin, jemaah Jum’at Rahimakumullah.

Marilah kita awali khutbah Jum’at yang singkat ini dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, lantaran rahmat dan nikmat-Nyalah kita dapat hadir di masjid Raya Mujahidin ini untuk memenuhi undangan Allah SWT mendirikan shalat Jum’at secara berjemaah. Mudah-mudahan ibadah Jum’at kali ini menjadi ibadah terbaik yang kita persembahkan ke hadirat Allah SWT.

Shalawat dan salam senantiasa kita kirimkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW. Nabi dan Rasul yang telah memberikan teladan kepada kita, bagaimana seharusnya kita menghadapi cobaan hidup yang datang secara bertubi-tubi dan silih berganti. Nabi dan Rasul yang telah menjadi contoh, bagaimana semestinya kita bersikap pada saat menjalani  hidup ini tidak sesuai dengan ekspektasi.

Hadirin, jemaah Jum’at yang berbahagia.

Sebagaimana kita maklumi bahwa saat ini kita masih berada dalam masa pandemi covid 19. Masa pandemi ini telah berlangsung selama setahun lebih dan tidak seorangpun yang mengetahui secara pasti kapan akan berhenti. Sejak kemunculannya pertama kali di Wuhan, Cina, penyakit ini telah menyebar ke seluruh penjuru bumi dan nyaris tidak ada satu negeripun yang dapat menolak kehadiran wabah ini. Korban akibat dari virus ini sudah sedemikian tinggi bahkan di luar dugaan para ahli. Up-date data korban dapat kita akses dari media setiap hari. Data terakhir yang kita peroleh, korban terpapar sudah mendekati angka 100 juta dan 2 juta di antaranya mati. Kalkulasi ini diperkirakan masih akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya orang yang terinveksi.

Untuk membasmi dan memutus mata rantai penyebaran virus ini, semua negara telah mengerahkan tenaga dan dana yang sangat tinggi. Berbagai macam upaya telah dicoba untuk mengatasi. Di antara upaya itu adalah meminta kepada semua orang untuk menerapkan  protokol kesehatan dengan mengamalkan 3 M, yaitu mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak antara orang lain dan diri sendiri.  Selain itu, hampir seluruh negara merubah sistem belajar, dari sistem tatap muka di sekolah dan kampus menjadi sistem belajar daring, yaitu belajar dalam jaringan dari rumah sendiri. Bukan hanya pelajar dan mahasiswa yang diharuskan belajar dari rumah, tetapi juga sebagian pegawai, terutama pegawai negeri sipil, menjalankan pekerjaan, tugas dan fungsinya dari kamar pribadi.

Untuk membatasi transmisi virus ini pula, banyak negara yang menerapkan PSBB dan menutup diri dari kehadiran orang luar negeri. Dan satu bulan terakhr ini, di banyak negara termasuk Indonesia mulai mencoba upaya baru yaitu dengan menyuntikkan cairan vaksinasi. Sebuah cairan yang diduga dapat memperkuat daya tahan tubuh dan bukan untuk mengobati. Alhamdulillah, manusia pertama yang bersedia divaksin adalah presiden Jokowi, orang nomor satu di negeri ini. Berikutnya adalah para pejabat tinggi, termasuk dari kalangan TNI dan Polri. Tahap selanjutnya adalah para tenaga kesehatan baik swasta maupun negeri

Hadirin sekalian, yang dirahmati Allah.

Berhasilkah upaya-upaya tadi? Jawabannya adalah belum pasti. Karena sampai saat ini virus korona masih belum mau lari. Hal ini dapat dlihat dari masih banyaknya korban baru yang terjangkiti. Bahkan dari berita yang banyak viral, kita malah terperangah keheranan, ketika sebagian korban baru adalah orang-orang justru sangat ketat dalam menjalankan protokol kesehatan dan memakai alat pelindung diri. Dan yang lebih  mengherankan lagi  adalah ketika ada  yang meninggal dunia setelah divaksinasi.

Namun terlepas dari semua itu, usaha dan ikhtiar maksimal tidak boleh berhenti. Dan kita harus yakin bahwa pada akhirnya wabah ini akan bisa diatasi. Sebab, Allah, Tuhan kita yang Maha Pengasih dan Penyayang, tidak mungkin memberikan ujian dan cobaan  di luar kemampuan manusiawi.

Hadirin, sidang Jum’at yang berbahagia.

Covid 19 bukan hanya mengancam jiwa, tetapi dalam waktu yang bersamaan ia juga mengancam dam memporaporandakan sektor ekonomi. Tidak sedikit dari pengusaha yang terpaksa gulung tikar dan merumahkan semua karyawan dan karyawatinya. Angka pengangguran naik secara signifikan. Dan angka kemiskinanpun bertambah secara tajam. Dalan situasi yang seperti ini, kita yang kebetulan menjadi pegawai pemerintah, baik ASN. TNI, Polri, maupun pegawai BUMN, harus banyak-banyak bersyukur, karena, waaupun  sedang mengalami kesulitan keuangan, negara sampai saat ini belum melakukan tindakan mempensiunkan pegawainya. Bahkan tidak mengurangi gaji dan penghasilan mereka sedikitpun. Oleh karena itu, sebagai aparatur negara, dalam kondisi apapum harus tetap menunjukkan kinerjanya yang baik bahkan ditingkatkan.

Hadirin, jemaah Jum’at yang berbahagia.

Sebagai seorang muslim, yang percaya bahwa apapun yang terjadi di dunia, kebaikan atau keburukan, semua itu sudah menjadi qudrat dan iradat Allah SWT. Tidak ada peristiwa baik besar maupu kecil yang berada di luar pengetahuan dan penglihatan Allah. Semua sudah diatur sedemikian rupa oleh-Nya. Termasuk persoalan rezeki. Oleh karena itu, dalam masa pandemi covid 19 ini, sebagian dari kita yang mengalami kesulitan rezeki, jangan pernah putus asa dan prustasi. Yakinlah bahwa rezeki kita berada dalam tanggungan Allah SWT. Selama kita masih bernafas, selama itu pula rezeki kita masih ada  dan pasti sampai ke tangan kita. Dalam pembagian rezeki, ada beberapa pola yang Allah terapkan.

Pertama, Pola jatah. Semua makhluk yang ada di jagad raya ini sudah mempunyai jatah rezeki masing-masing. Sebagaimana firman Allah: “Tidak ada yang melata di atas bumi, melainkan Allahlah yang akan menaggung rezekinya” (QS. Hud:6). Berdasarkan ayat ini, Allah telah menjatah rezeki kepada semua makhluknya. Dan jatah rezeki ini tidak akan mungkin tertukar antara satu dengan yang lainnya. Selama jatah rezeki ini masih ada, dia pasti sampai kepada kita dan setelah sempurna, barulah kita meninggal dunia. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, yang artinya: “Sesungguhnya Malaikat Jibril telah membisikkan ke dalam batinku, sesungguhnya satu jiwa tidak akan mati hingga jatah riskinya telah sampai kepadanya secara sempurna”.

Kedua, Pola Tambahan. Pola ini Allah berikan kepada hamba-Nya yang pandai bersyukur atas jatah rezeki yang telah Allah berikan kepadanya. Rasa dan ungkapan syukur dari seorang hamba, karena telah memperoleh rezeki, pasti dihargai oleh Allah dengan cara menambah rezeki tersebut. Kepastian ini ditegaskan oleh Allah dengan firman-Nya: “Jika kamu bersyukur atas nikmat-Ku, pasti akan kutambah, tetapi jika kamu kufur, azab-Ku pasti sangat pedih” (QS. Ibrahim: 7).

Ketiga, Pola bekerja. Pola ini disediakan oleh Allah bagi siapa saja yang mau berusaha dan bekerja. Siapapun yang mau berusaha dan bekerja pasti diberi oleh Allah. Tidak ada usaha yang sia-sia. Ada usaha, ada hasil. Usaha besar, hasilnya juga kemungkinan besar, begitu juga sebaliknya. “Dan tidaklah manusia itu memperoleh sesuatu kecuali atas apa yang dia usahakan”. Demikian Firman Allah. Siapapun yang ingin merubah nasib dirinya termasuk ingin menanmbah rezekinya, maka ia harus rajin  bekerja dan berusaha. Allah tegaskan dalam surah Ar-Ra’du: 11 bahwa: “sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, sehingga kaum itu sendiri yang berusaha merubah nasbnya”.

Keempat, Pola penglipatgandaan. Allah adalah Tuhan yang Maha Kaya Raya. Sumber rezeki yang tidak akan pernah kering. Allah kuasa memberikan rezeki kepada siapa saja dengan melipatgandakannya bahkan tanpa batas sekalipun. Siapa gerangan yang memperoleh jatah rezeki dengan berlipatganda ini? Tidak lain adalah seseorang yang bersyukur atas rezeki yang diterimanya tidak sekadar dengan ucapan lisan saja, akan tetapi ditindaklanjutinya dengan mengeluarkan sebagian dari rezeki itu baik berupa infaq, shadaqah, hadiah, maupun zakat. Dia menyadari bahwa di dalam rezekinya itu terdapat hak-hak orang lain yang wajib diserahkannya. Orang-orang yang seperti inilah yang akan mendapatkan tambahan rezeki dari Allah dengan jumlah yang berlipatganda. Sebagaimana firman Allah: “Perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah, adalah bagaikan menanam satu biji yang menunbuhkan tujuh tangkai dan dari tiap-tiap tangkai itu akan muncul seratus biji. Dan Allah melipatgandakan bagi siapa yang dikehendaki, dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.

Hadirin jemaah Jum’at yang dimuliakan Allah.

Pola yang  terakhir adalah pola yang kelima. Yaitu pola kejutan. Allah bukan saja kuasa melipatgandaan rezeki seseorang, namun juga sanggup memberikan kejutan bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Ada dua cara yang dapat kita tempuh untuk memperoleh kejutan ini dari Allah, yaitu: 1) Tingkatkan taqwa kepada Allah. Orang-orang yang memelihara dan senantiasa meningkatkan kualitas taqwanya kepada Allah, maka ia berhak mendapatkan surprais dari Allah berupa kedatangan rezeki dari arah yang tidak pernah dia sangka-sangka. Seperti janji Allah: “Dan barang siapa bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan memberikan jalan keluar dari kesulitannya dan memberinya rezeki dari tempat yang tidak ia duga sebelumnya”. 2) Perbanyak istighfar. Orang yang bertaubat kepada Allah dengan cara memperbanyak mengucapkan istighfar, akan diganjar oleh Allah dengan tiga hal. Sebagaimana sabda Rasulullah: “Barang siapa yang membiasakan beristighfar, maka Allah akan memberikan jalan keluar dari tiap-tiap kesempitan yang dialaminya, akan memberikan kegembiraan dari setiap kesedihannya, dan akan mengaruniai reseki dari arah yang tidak pernah disangkanya”. (HR. Abu Dawud).

Hadirin jemaah Jum’at yang dirahmati Allah.

Demikianlah khutbah jum’at ini kami sajikan, semoga uraian singkat ini akan meberikan manfaat yang besar dalam kehidupan kita, terutama pada saat dimana kita masih berada dalam kondisi sulit seperti sekarang ini. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

 

 

 

Foto Khutbah Jum'at 22 Januari 2021

Khutbah Jum'at 22 Januari 2021

Inti Khutbah :

Khutbah jum’at di Masjid Raya Mujahidin Pontianak

(BERSEGERA BERAMAL SHALIH)

22 Januari 2021/ 09 Jumadassaniyah 1442

KH TUSIRANA RASYID

Link Video Khutbah :  khttp://youtube.com/watch?v=_4FYoQgh45k

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

ان الحمد لله,نحمده و نستعينه ونستغفره ونعوذبالله من شرور انفسنا

ومن سيئات اعمالنا من يهد الله فهو المهتد ومن يضلل فلن تجد له

وليا مرشدا اشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له واشهد ان

محمدا عبده ورسوله ارسله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله

ولو كره الكافرون اللهم صل وسلم وبارك على سيد الانبياء والمرسلين

محمدِ وَعلى اله وصحبه اجمعي ن

وبعد : فيا ايها الناس اتقوا الله.... وقال تعالى ياايها الذين امنوا اتقوا الله

حق تقاته ولا تموتن الا وانتم مسلمون...... فاتقوا الله مااستطعتم

واسمعوا واطيعوا وانفقوا خيرا لانفسكم ومن يوق شح نفسه فاولىئك هم

المفلحون .

ياايها الذين امنوا ات قوا الله وقولوا قولا سديدا يصلح لكم اعمالكم ويغفر

لكم ذنوبكم ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما.

Kaum muslimin yg dikasihi dan dirahmati Allah, mari kita syukuri nikmat iman wal islam dari Allah untuk kita, hingga dengan nikmat itulah kita ringan hati untuk menuju jalan keridhaan Allah dengan menunaikan kewajiban dan perintahnya.

Dan marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar benarnya taqwa, dan janganlah kita mati

kecuali dalam keadaan sebagai orang muslim yg hanya berserah diri, tunduk dan patuh kepada Allah.

Jamaah sekalian yang dirahmati Allah. Dengan terus bergulirnya waktu, maka kita berada di tahun 2021 ini, untuk itu, mari kita berbenah diri melangkah mengisi waktu yang terus kita lalui yang tidak akan pernah lagi kembali.

لن ترجع الايام التى مضت

Tidak akan pernah kembali hari hari yg telah lewat.

Jamaah sekalian, Seorang ahli hikmah dan Budayawan timur tengah, ( Syami Basya Albarudi) mengumpamakan bahwa hidup itu seperti

pakaian yang melekat di badan, dan kita semua tahu, bahwa pakaian itu apabila sudah usang akan kita tanggalkan

ان الحياة لثوب سوف تخلعه وكل ثوب اذا ما رث ينخل ع

Sesungguhnya hidup itu seperti pakaian yang akan engkau lepas dari badan, dan pakaian itu apabila telah usang akan terlepas dikemudian. Akan tetapi kenapa kita selalu lalai,

Oleh karena itu mari kita buat catatan catatan

1-Sesungguhnya semua manusia itu pada hakikatnya adalah muslim dalam pengertian tunduk dan patuh tanpa bisa membantah atau tidak bisa menolak atas ketentuan Allah kepada mahluqnya baik suka rela ataupun terpaksa.

افغيردين الله يبغون

وله اسلم من فى السموات والارض طوعا وكرها واليه يُرجعون

Maka mengapa mereka mencari agama yang lain selain agama Allah, padahal apa yang di langit dan di bumiberserah diri kepadanya, baik dengan suka maupun terpaksa, dan hanya kepada-Nya mereka dikembalikan. ( Ali Imran 83 )

Sesungguhnya semua manusia, baik yang muslim maupun yang tidak, semua tunduk dan patuh kepada ketentuan Allah yg berlaku

ولله يسجد من فى السموات والارض طوعا وكرها وظلالهم بالغدو

والاصال )سورة الرعد 15 )

Dan semua sujud kepada Allah baik yang di langit maupun yang di bumi, baik dengan kemauan sendiri maupun terpaksa, (dan sujud pula) bayang bayang mereka, pada waktu pagi dan petang. (surah Arra’d 15)

Dilahirkan kecil lemah kemudian berangsur angsur besar kuat dan dewasa, kemudian tua renta dan kembali lemah lunglai, dan ini berlaku untuk semua, hingga berahir dengan kematian yaitu saat semua mahluq datang ajal kematian yg tidak bisa dielakkan.

2. Dan bagi kita yang muslim, telah dengan suka rela ikut dan mematuhi Allah, dengan menjalankan ibadah sesuai dengan perintah-Nya, maka kita mendapat gelar sebaik baik mahluq Allah (khairul bariyyah) bukan hanya saat di dunia ini saja tetapi hingga diahirat kelak.

ان الذين امنوا وعملوا الصالحات اولىئك هم خير البري ة

Sesungguhnya orang orang yang beriman dan mengerjakan amal kebajikan (amal shalih), mereka itu adalah sebaik baik mahluq. (al bayyinah 7)

Adapun sebaliknya, orang orang kafir itu oleh Allah diberi gelar “sejahat jahat mahluq”

ان الذين كفروا من اهل الكتاب والمشركين فى نار جهنم خالدين فيها

اولىئك هم شر البرية

Sungguh orang orang kafir dari golongan ahli kitab dan orang orang musyrik akan masuk ke dalam neraka jahanam, mereka kekal di dalamnya

Mereka itu adalah sejahat jahat mahluq. ( albayyinah 6.( juga Allah akan menempatkan mereka sebagai umpar bakar Neraka :

ان الذين كفروا لن تغنى عنهم اموالهم ولا اولادهم من الله شيئا والىئك

هم وقود النار

Sesungguhnya orang orang yang kafir, bagi mereka tidak akan berguna sedikitpun harta benda dan anak anak mereka terhadap (azab) Allah. Dan merka itu adalah menjadi bahan bakar (umpan) api neraka. (Ali Imran 10).

3-isi waktu yang kita lalui dengan iman dan bersegera beramal shalih

من عمل صالحا من ذكر او انثى وهو مؤمن فلنحيينهم حياة طيبة

ولنجزينهم اجرهم باحسن ما كانوا يعملون

Barang siapa yang mengerjakan amal shalihbaik laki laki maupun perempuandan dia dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanyakehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan balasan (pahala) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (anNahl 97)

Dalam hal ini Rasulullah Muhammad saw bersabda

بادروا بالاعمال الصالحة فستكون فتنا كقطع الليل المظلم يصبح الرجل

مؤمنا ويمسى كافرا ويمسى مؤمنا ويصبح كافرا يبيع دينه بعرض من

الدنيا )الحديث رواه مسلم (

Bersegeralah berbuat amal shalih. (karena) akan terjadi fitnah fitnah (cobaan/ujian yang datangnya) bagaikan potongan malam yang gelap. Saat pagi, seseorang masih dalam keadaan muslim, dan sore hari menjadi kafir, dan di sore hari dia dalam keadaan muslim, dan pagi hari besuknya dia telah menjadi kafir, dan menukar agamanya dengan nilai harga dunia.

Apa yang dimaksud dengan seseorang pagi muslim dan sorenya kafir....yaitu sebagaimana contoh, bahwa saat pagi dia masih beramal shalih tetapi dalam perjalanan waktu yang dia lalui, dia berbuat amal jahat sebagai perbuatan dari cabang cabang kekufuran...maka orang ini telah berbuat dengan kekufuran, dan seandainya dia mati sebelum bertaubat kepada Allah maka dia boleh jadi dalam keadaan berbuat perbuatan kekafiran dan inilah yang menjadikan dia su’ul khatimah.

Begitu juga saat sore dia masih beramal shalih, malam yang dilalui dia berbuat maksiat dan ini cabang dari kekufuran, maka dia pagi besuknya telah menjadi kafir secara perbuatan. Mereka

menukar dan memilih harga dunia (kemaksiatan dari pada amal kebajikan.....(HR Muslim)

Kalau ini menjadi penutup hidupnya, maka dia telah dalam keadan su’ul khatimah. Bhkan di hari pembalasan nanti, Allah akan membangkitkan manusia seperti saat keadaan dia mati. Kalau beriman dan beramal shalih maka dia akan dibangkitkan dg baik dan dalam ridha-Nya dan jika mati dalam berbuat maksiat di ahir hidupnya, maka akan dibangkitkan dalam kemurkaan Allah dan jauh dari rahmat-Nya

Dalam sahih muslim dari sahabat Jabir Rasulullah saw bersabda :

يبعث كل عبد على مات علي ه

Setiap hamba akan dibangkitkan dalam keadaan seperti keadaan dia mati.

Maka mari berbuat amal amal shalih dan jangan menunda nunda karena kita tidak tahu apa yg akan terjadi pada diri kita sendiri besuk hari

ان الله عنده علم الساعة وينزل الغيث ويعلم ما فى الارحام وما تدرى

نفس ماذا تكسب غدا وما تدرى نفس باي ارض تموت ان الله عليم خبير

)سورة لقمان 34 )

Sesungguhnya hanya bagi Allah ilmu tentang hari qiyamat. Dan dia yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada seseorang yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakan besuk. Dan tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguh, Allah maha mengetahui, maha mengenal. (surah Luqman 34)

Dan karena kita tidak bisa mengetahi pasti akan keadaan kita esuk pagi, maka pastikan niat kita untuk senantiasa bersegera baeramal shalih., dan senantiasalah bersangka baik kepada Allah, supaya persangkaan itu diijabahi oleh Allah

لا يموتن احدكم الا وهو يحسن الظن بالله عز وجل )رواه مسلم (

Rasulullah saw bersabda : janganlah seorang diantaramu mati kecuali dia bersangka baik kepada Allah.

Bersangka bahwa Allah tidak akan menganiaya kita selama kita punya niat dan beramal kebajikan....dan jauhilah niat jahat dan amal maksiat.

Semoga Allah memasukkan kita ke dalam hamba hamba-Nya yg senantiasa berniat baik dan

bersegera kepada amal amal shalih dan kebajikan, aamiin.

بارك الله لى ولكم بالقران العظيم ونفعنى واياكم بما فيه من الايات

والذكرالحكيم وتقبل الله منا ومنكم تلاوته انه هو السميع العليم.

اقول قولى هذا واستغفر الله العظيم لى ولكم ولسائر المسلمين

والمسلمات والمؤم نين والمؤمنات واستغفره انه هو الغفور الرحيم.

Foto Khutbah Jum'at 1 Januari 2020 |  MARI INTROPEKSI DIRI DI PERGANTIAN TAHUN

Khutbah Jum'at 1 Januari 2020 | MARI INTROPEKSI DIRI DI PERGANTIAN TAHUN

KHUTBAH JUM’AT, 1 JANUARI 2020

H. Muhammad Arif, S.Ag

Hadirin yang Dirahmati Allah, Alhamdulillah Puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Taala. Atas limpahan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, 
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada baginda alam, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang merupakan sosok luar biasa, karena sudah mengantarkan kita mendapatkan berbagai macam nikmat, terutama nikmat iman dan nikmait Islam.

Hadirin jamaah yang dimuliakan Allah Sebagai manusia biasa, kita tentu tidak punya jaminan terlepas dari jeratan dosa. Namun, kondisi ini sudah diantisipasi oleh Allah SWT, selaku Dzat Yang Maha Mencipta dan Maha Mengetahui keadaan makhluk yang diciptakan. Karena itu, Allah telah memerintahkan kita untuk bertobat, sebagaimana surah at-Tahrim ayat 8 yang Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat nasuha (tobat yang semurni-murninya).”  

Melalui ayat di atas, meski tidak secara eksplisit, Allah juga hendak berpesan kepada para hamba-Nya bahwa Dia membukakan pintu ampunan kepada mereka. Sebab tidak mungkin rasanya jika Allah memerintahkan hamba-Nya bertobat, sementara Dia menutup pintu ampunan. Namun, ampunan itu tidak serta merta diberikan kepada kita selaku hamba sampai kita berusaha keras mendapatkannya. Salah satunya dengan tobat nasuha tadi.

Lanjutan ayat tersebut menyebutkan yang  Artinya: Mudah-mudahan Rabbmu menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya.

Allah menggunakan kata ‘asâ yang berarti ‘mudah-mudahan’. Penggunaan kata mudah-mudahan mengindikasikan kepada kita bahwa Allah tidak memastikan ampunan kepada hamba-Nya yang bertobat. Ketidakpastian ini, dimaknai oleh para ulama, bukan berarti kita sia-sia ketika bertobat, melainkan ketidakpastian tersebut harus dipahami agar kita sungguh-sungguh menjalankan tobat dan meyakinkan Allah bahwa kita benar-benar hamba yang layak mendapatkan ampunan-Nya. Begitulah Allah menawarkan ampunan yang menjadi hak prerogatif-Nya tetapi keberhasilannya ditentukan oleh kehendak-Nya dan seberapa besar kesungguhan hamba-Nya untuk mendapatkan ampunan tersebut. Karena itu, tugas kita adalah berusaha menjalankan perintah Allah untuk tobat nasuha dan berusaha meyakinkan Allah bahwa kita adalah hamba yang layak mendapat ampunan dari-Nya.

Adapun yang dimaksud dengan tobat nasuha adalah tobat yang dijalankan dengan semaksimal mungkin, artinya tidak setengah-setengah, atau tidak sekadar main-main. Artinya hari ini kita bertobat, esok kita berdosa lagi, esoknya bertobat lagi, dan seterusnya.  
 

Lebih jauh para ulama merinci sejumlah syarat tobat nasuha. Pertama, adalah niat kita bertobat harus tulus dan ikhlas, bukan karena ingin dipuji seseorang, atau hanya karena ingin terlihat saleh dan religius. Karenanya, tobat ini harus dibangun atas niat yang lurus, benar-benar mengharap rida dan ampunan-Nya.

 Kedua, para ulama menyebut, syarat tobat nasuha itu menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukan. Di sinilah sulitnya bertobat kepada Allah, sebab hati kita seringkali sulit diajak menyesali perbuatan salah yang telah dilakukan. Bagaimana kita akan tobat bersungguh-sungguh jika hati kita tak menyesal atau tidak mengakui kesalahan.

Ketiga, syarat tobat nasuha ialah menghentikan semampu mungkin segala dosa, baik kecil maupun besar. Sebab tidak ada dosa kecil jika dilakukan secara terus menerus, dan tidak ada dosa besar jika diiringi dengan tobat. Yang dimaksud berhenti adalah tidak hanya berhenti dari dosa yang kita tobati, tetapi dari segala dosa, jika kita ingin betul-betul mencapat derajat nasuha. Selama ini barangkali masih ada yang memahami bahwa tobat adalah menghentikan dosa tertentu, tetapi masih merasa suka mengerjakan dosa yang lain. Maka dalam konsep tobat nasuha, semua dosa, semampu mungkin harus kita tinggalkan.

Berikutnya, jika ingin meraih tobat nasuha, kita harus bertekad untuk tidak mengulangi dosa yang sama di masa yang akan datang, begitu juga dosa-dosa yang lain. Para ulama menegaskan, selain bertekad tidak mengulangi, kita berusaha mengganti atau menebus kesalahan yang telah lalu.

Jamaah yang Berbahagia Tobat seorang muslim berbeda dengan seorang non-muslim yang masuk Islam. Bagi seorang muslim, kewajiban-kewajibannya yang telah lalu menurut pendapat ulama yang utama, tetap harus diganti, sementara non-muslim ketika masuk Islam, maka kewajiban yang telah lalu, tidak perlu diganti atau diqadla.

Selanjutnya, syarat tobat nasuha adalah dilakukan pada waktunya. Ini artinya, tobat pun ada waktunya. Lewat dari waktu itu, kita tidak akan diterima. Waktu tobat tersebut ada yang bersifat umum, dan ada yang bersifat khusus. Yang bersifat umum adalah selama matahari masih terbit dari timur dan terbenam di barat. Maka, bertobat setelah matahari terbit dari barat maka tobat tidak ada artinya. Sebab itu tanda berakhirnya zaman dan tanda runtuhnya alam. Sebagaimana firman Allah, yang artinya: Kedatangan sebagian tanda-tanda Rabbmu tidaklah bermanfaat lagi keimanan seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa keimanannya. (QS. al- ‘am [6]: 158).

Sementara waktu khusus adalah saat ajal menjelang alias sakaratul maut. Karena itu, manakala ajal datang, maka tidak ada artinya tobat yang kita lakukan, berdasarkan firman Allah dalam surah an-Nisa, Dan tidaklah tobat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) apabila ajal datang kepada seseorang di antara mereka, (QS. an-Nisa’ [4]: 18).

Jamaah yang Dirahmati Allah Namun syarat-syarat di atas merupakan syarat tobat yang dosanya berkaitan langsung dengan hak Allah. Sementara, jika dosanya menyangkut hak sesama manusia maka kita harus terlebih dahulu memohon maaf kepada yang bersangkutan atau kepada orang yang pernah kita zalimi, sebelum memohon ampunan kepada Allah. Jika ada yang pernah kita rampas, maka segeralah kembalikan. Bagaimana jika yang bersangkutan sudah tiada dan sulit ditemui, maka banyak-banyaklah memohon ampunan untuknya. Agar amal ibadah kita kelak tidak diambil oleh yang yang bersangkutan, sebagai penebus kesalahan kita.

Itulah perintah Allah kepada kita semua untuk bertobat dan jangan pernah kita abaikan. Sebab, tidaklah Allah memerintahkan sesuatu kecuali untuk kemaslahatan para hamba-Nya. Tidaklah Allah memerintahkan tobat kecuali untuk kebaikan kita semua agar segera menyadari kesalahan yang pernah diperbuat sekaligus sebagai salah satu cara memperbaiki keadaan. Boleh jadi, kerusakan, bencana, musibah, malapetka, yang sedang menimpa kita atau saudara-saudara kita adalah akibat kesalahan, ulah tangan, dan pelanggaran kita terhadap tuntunan Allah dan rasul-Nya.

Asumsi ini tentu tidak berlebihan jika kita melihat salah satu firman-Nya yang artinya “Hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah rasul, takut akan ditimpa fitnah atau ditimpa azab yang pedih”. (QS. an-Nur [24]: 63).

Hadirin Rahimakumullah Begitulah cara Allah melindungi hamba-Nya dari kerusakan, baik kerusakan agama, jiwa, akal, keturunan, maupun harta. Sebab untuk tujuan itulah salah satunya syariat Islam diturunkan. Sekadar menguatkan contoh yang khatib kemukakan tadi, mengapa Allah mengharamkan perzinaan? Jawabannya adalah untuk melindungi harkat, martabat, dan keselamatan manusia itu sendiri, baik di dunia maupun di akhirat.
 
Dan mari kita cermati dengan seksama. Sekarang ini perzinaan seolah sudah dianggap hal yang lumrah. Para pelakunya seolah tak merasa dosa. Akibatnya, berapa anak yang lahir tak diinginkan orang tua. Berapa anak yang dibunuh tanpa dosa. Berapa janin yang menjadi korban aborsi sia-sia. Padahal, Islam datang untuk melindungi Hak Asasi Manusia (HAM). Caranya, bukan dengan membebaskan manusia, tetapi dengan melarang perzinaan yang dilakukan manusia. Tujuannya agar manusia tetap selamat dan terhormat sebagai manusia. Namun, larangan ini seringkali tidak disadari oleh kita sebagai manusia. Manusia tidak menyadari keselamatan untuk dirinya sendiri. Karena itu, jika kita masih sayang kepada keselamatan diri, keluarga, saudara, dan umat manusia, maka bentengi diri kita dengan berpegang kepada tuntunan Allah. Insyaallah, upaya membentengi diri kita dan keluarga kita ini juga termasuk jihad dan membela kehormatan agama.

Maka bersamaan dengan berakhirnya tahun 2020, marilah kita introspeksi dan menata diri. Marilah bersihkan diri, jernihkan hati dengan bertobat, dan sambut masa depan dan tahun mendatang dengan lebih optimis. Insyaallah, dengan bertobat dan berusaha kembali kepada tuntunan Allah, kehormatan agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta kita akan lebih terjaga dan hidup kita lebih tertata.

Itulah khutbah singkat yang dapat di sampaikan. Semoga kita dapat memetik pelajaran dari setiap peristiwa yang terjadi, dan diberikan kesempatan untuk bertobat atas segala kekhilafan yang pernah kita perbuat, demi kemaslahan dunia dan akhirat. Amin ya rabbal alamin.  

Foto BWI-Mesjid Raya Mujahidin Bahas Wakaf Produktif

BWI-Mesjid Raya Mujahidin Bahas Wakaf Produktif

Portal Yayasan Mujahidin Kalbar, Ketua Umum Yayasan Mujahidin Prof Dr H Thamrin Usman, DEA mengundang Badan Wakaf Indonesia Provinsi Kalimantan Barat untuk membahas wakaf produktif di atas lahan milik Mujahidin. Jum'at (18/12/20). Pertemuan berlangsung di Aula Serbaguna Mujahidin diikuti fungsionaris Yayasan Mujahidin dan BWI Kalbar yang diikuti pengurus inti, yakni Ketua, Sekretaris dan Bendahara.

Acara yang dimulai dengan menikmati makan siang dibuka oleh Prof Thamrin Usman dengan prolog. Bahwa Mujahidin perlu tampil sebagai teladan wakaf produktif. Hal ini berdasar komunikasinya dengan Ketua BWI Pusat yang juga sahabatnya ketika studi di Prancis, mantan Mendikbud, Prof Dr HM Nuh. Bahwa garansi selamat akhirat adalah tata kelola wakaf secara produktif.

Prof Thamrin menyebut lahan Mujahidin secara internal seluas 6.3 ha. Secara eksternal juga ingin dikelola produktif.

Seusai sambutan Yayasan, Ketua BWI Kalbar Prof Dr H Kamarullah, SH, MH mengupas perwakafan sesuai UU No 41 tahun 2004 tentang wakaf. Demikian juga Sekjen BWI Kalbar yang juga bidang Panais Zawaf Kanwil Kemenag Kalbar, Drs H Kaharuddin serta tambahan dari jurnalis yang meliput kegiatan tersebut dengan pengalaman liputan wakaf produktif.

Tanya jawab berlangsung semangat. Di dalamnya ada dukungan Ikadi maupun dewan syariah Bank Kalbar Syariah serta peserta bincang wakaf produktif.

Agenda di atas atas inisiatif Yayasan Mujahidin dan sedia mengkapitalisasi gerakan wakaf produktif di level lokal maupun nasional-internasional.

(disadur : Teraju.id)