logo yayasan mujahidin

Sedang memuat ...

Berita

Foto Khutbah Jum'at  Masjid Raya Mujahidin Kalbar 19 Febuari 2021 _ 7 Rajab 2021

Khutbah Jum'at Masjid Raya Mujahidin Kalbar 19 Febuari 2021 _ 7 Rajab 2021

PERSIAPAN MENYAMBUT RAMADHAN 1442 H.

Oleh: H. Fatahillah Abrar, S.Ag, M.Si.

Link Video https://www.youtube.com/watch?v=M5LPcTZh0KI

Khutbah Jum’at, 7 Rajab 1442 H di Masjid Raya Mujahidin.

Segala puji mari senantiasa kita haturkan kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat, ‘inayah, hidayah dan taufiq yang telah Allah SWT anugerahkan kepada kita semua.

Sholawat dan salam semoga  selalu terlimpahkan kepada kekasih kita Nabi Muhammad SAW.

Kita bersyukur Allah SWT pertemukan kita dengan bulan Rajab, yaitu tepatnya tanggal 7 Rajab 1442 H. Bulan Rajab adalah salah satu dari 4 bulan yang dimuliakan Allah, yaitu Dzulqi’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab, dimana balasan yang diberikan kepada orang yang beramal shalih dilipat gandakan oleh Allah, demikian pula orang yang berbuat maksiat.

Bertemunya kita dengan bulan Rajab artinya tidak lama lagi kita akan bertemu dengan bulan Ramadahan. Insya Allah 52 hari lagi kita akan bertemu dengan bulan Ramadhan 1442 H. Bulan yang penuh dengan keberkahan. Target dari ibadah yang kita lakukan di bulan Ramadhan adalah agar kita menjadi insan yang bertaqwa. Agar kita sukses dalam ibadah di bulan Ramadhan dan meraih predikat taqwa, maka kita harus melakukan persiapan yang maksimal untuk itu. Ibarat, siswa yang akan ujian, agar mereka sukses maka mereka harus melakukan persiapan yang matang.

Adapun beberapa hal yang harus kita persiakan dalam menyambut Ramadhan adalah:

1. Persiapan Fikriyah/Ilmu.
Inilah saatnya bagi kita untuk mempelajari hal-hal terkait  Ramadhan. Jangan belajar tentang Ramadhan di dalam bulan Ramadhan, karena sudah terlambat. Ibarat ketika ujian, seorang siswa bertanya kepada temannya tentang jawaban soal ujian tersebut. Pemahaman yang lengkap tentang Ramadahan akan membuat kita lebih maksimal dalam beribadah di bulan Ramadhan.

 

2. Persiapan Ruhiyah
Bulan Ramadahn adalah bulan yang suci, dan yang bisa menikmati Ramadhan adalah orang-orang yang berupaya untuk mensucikan diri. Semakin bersih dirinya, maka akan semakin mampu untuk menikmati Ramadahan. Ibarat ketika kita ingin mendengarkan siaran radio Mujahidin FM, maka radio kita harus berada pada frekwensi yang sama dengan Radio Mujahidin FM. Banyak orang bertemu dengan Ramadhan, tapi tdk banyak yang bisa menikmati Ramadhan, karena mereka berbeda frekwensi dengan Ramadahan. Agar frekwensi kita sama dengan Ramadahan, yang harus kita lakukan adalah, perbanyak taubat, puasa sunnah, dan amaliah-amaliah sunnah yang lainnya. Dalam hal mempersiapkan ruhiyah, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan kepada umatnya dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, sebagaimana yang diriwayatkan ‘Aisyah ra. berkata:” Saya tidak melihat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menyempurnakan puasanya, kecuali di bulan Ramadhan. Dan saya tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak puasanya kecuali pada bulan Sya’ban” (HR Muslim).

3. Persiapan Fisik
Ibadah di bulan Ramadhan menuntut kondisi tubuh yang fit. Kita tidak akan bisa sempurna beribadah di bulan Ramadahan jika sakit-sakitan. Maka jadikan bulan Rajab dan Sya’ban ini waktu untuk melatih fisik agar tidak sakit ketika beribadah di bulan Ramadhan. Kita tidak akan bisa maksimal  berpuasa jika dalam kondisi sakit. Oleh karena itu, kita dituntut untuk menjaga kesehatan fisik, kebersihan rumah, masjid dan lingkungan. Rasulullah mencontohkan kepada umat agar selama berpuasa tetap memperhatikan kesehatan. Hal ini terlihat dari beberapa peristiwa di bawah ini :
• Menyikat gigi dengan siwak (HR. Bukhori dan Abu Daud).
• Berobat seperti dengan berbekam (Al-Hijamah) seperti yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim.
• Memperhatikan penampilan, seperti pernah diwasiatkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada sahabat Abdullah ibnu Mas’ud ra, agar memulai puasa dengan penampilan baik dan tidak dengan wajah yang cemberut. (HR. Al-Haitsami).

 

4. Persiapan Materi.                                                                                        

 Harta yang halal akan menjadikan ibadah kita di bulan Ramadahan semakin  berkualitas. Kita perlu menyiapkan harta untutk menyambut Ramadahan. Alangkah baiknya ketika kita telah menabung selama 11 bulan sebagai bekal ibadah Ramadhan, sehingga ketika datang Ramadhan, kita dapat beribadah secara optimal bahkan kita bisa memperbanyak shadaqah di bulan Ramadhan. Rasulullah adalah orang yang sangat dermawan, tapi di bulan Ramadhan kedermawanan beliau melebihi hembusan angin.  

 

Khutbah Kedua:

 

Foto Khutbah Jum'at 5 Febuari 2021 | "RESPON TERHADAP LONJAKAN MUSIBAH"

Khutbah Jum'at 5 Febuari 2021 | "RESPON TERHADAP LONJAKAN MUSIBAH"

الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ ,يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْن

Oleh: Drs. H. Syahrul Yadi, M.Si

Link Video khutbah : https://www.youtube.com/watch?v=JJzH5ae8ZcE

Kaum Muslimin Sidang Jumat yang berbahagia !!!

Mengawali hadirnya tahun 2021 masehi, betapa Indonesia dikejutkan dengan hadirnya musibah demi musibah. Enam belas hari pertama di bulan januari tercatat yang viral enam musibah besar terjadi dan satu musibah yang sudah lama dan terus terjadi tapi belum berhenti. Musibah-musibah tersebut adalah gempa bumi di Sulawesi Barat, banjir besar di Kalimantan Selatan, tanah longsor di Semedang, gunung semeru meletus di Lumajang, banjir dan longsor di Menado dan pesawat sriwijaya air 182 jatuh di Kepulauan Seribu serta lonjakan peristiwa terpapah covid-19 mencapai persentase tertinggi dari kasus-kasus di bulan-bulan sebelumnya. Respon seperti apa yang harus dilakukan menurut perspektif Islam?

Pertama; Membumikan Selawat dan Istighfar. Inilah resep dahsyad yang Allah ajarkan yang termuat dalam Al-Quran surah Al-Anfaal (8):33. Artinya: “Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka sedang kamu berada di antara mereka, dan tidaklah (pula) Allah  akan mengazab mereka sedang mereka meminta ampun”. Sepakat ulama tafsir yang dimaksudkan “kamu di antara meraka” adalah Nabi Muhammad Saw. Bagaimana nabi bisa berada di antara kita sedang nabi sudah wafat? Allah SWT dalam konteks tersirat menjawab (Qs. Al-Baqarah (2):156). Artinya: “Dan janganlah kamu mengatakan orang yang wafat di jalan Allah (bahwa mereka itu) mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya”. Nabi itu hidup tapi hidupnya berbeda dengan hidup kita yang sekarang ini. Nabi senantiasa berada di tengah-tengah kita, kapan? Antara lain saat kita mengucapkan selawat kepadanya. Ternyata Allah dan para Malaikat memberikan contoh bahwa mereka senantiasa berselawat kepada nabi Muhammad Saw. “Sesungguhnya Allah dan para Malikat berselawat kepada nabi, wahai orang-orang yang beriman berselawatlah kamu kepadanya (Qs. Al-Ahdzab(33):56). Selain itu, Allah juga tidak akan menurunkan musibah berupa azab selagi mereka meminta ampun. Menyadari sedalam-dalamnya akan kesalahan dan dosa yang mungkin dilakukan sekali atau berkali-kali, sendiri atau berjamaah, tersembunyi atau ternampakkan maupun dinampakkan. Karena Allah adalah dzat yang memiliki ampunan maupun rahmat yang lebih besar dari dosa yang kita perbuat. Maka jangan pernah malas, jenuh apalagi berhenti meminta ampun kepada-Nya.

Kedua; Latihan masuk surga sebelum masuk surga yang sesungguhnya. Dalam Al-Quran surah 89 Al-Fajar:27-30, Allah mengundang khusus setiap manusia yang memiliki kebiasaan tertentu. Artinya: “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada-Ku dengan hati yang ridha dan diridhai, masuklah ke dalam jamaah-Ku, dan masuklah kamu ke dalam syurga-Ku”.

Substansi ayat di atas dapat dipahami bahwa orang yang masuk surga Allah SWT kelak saat dipanggil menghadap-Nya minimal terpenuhi tiga syarat:

  1. Punya Jiwa yang Tenang

Mudarris Tafsir Universitas Islam Madinah Dr. Syaikh Muhammad Sulaiman Al-Asyqar, mengatakan bahwa “barangsiapa yang tidak tenang jiwanya di dunia dengan syariat Allah dan ketaatan kepada-Nya, maka dia tidak akan merasakan ketenangan di akhirat nanti, bahkan tidaklah mendengar panggilan saat Allah memanggilnya”. Memiliki jiwa yang tenang tidaklah sekedar pasrah menunggu turun dari langit, kemudian tiba-tiba berdiam di jiwa seseorang, tatapi akan besar faktor pencarian manusia untuk memperolehnya dengan kemantapan menjalankan syariat. Mungkin ada seseorang berjiwa tenang tapi tidak akan mendengar panggilan Allah saat Allah memanggilnya nanti, mengapa? Karena ketenangan yang didapat bukan dengan jalan meniti syariat justru paradog dengan syariat. Tenang yang dimaksudkan adalah tenang yang diperoleh melalui kegigihan dan kemantapan menjalankan syariat.

 

  1. Punya Hati yang Puas

Dalam tafsirnya, Syaikh Muhammad bin Saleh As-Syawi mengatakan bahwa “orang yang memiliki hati yang puas terhadap pemberian Allah di dunia, maka dia akan puas pula terhadap pemberian Allah di akhirat nanti”. Jika dianalogikan dengan cermin, maka postur kita yang berada di dua tempat di dalam cermin dan di luar cermin, dapatlah kita katakan tidak berbeda. Analog ini menjawab pertanyaan tentang titik temu antara kehidupan bumi dan kehidupan langit kehidupan dunia dan kehidupan akhirat terdapat sisi-sisi kesamaannya, walaupun pasti jauh berbeda dari faktor kemegahannya. Jadi, orang yang puas, ridha dan menerima apapun pemberian Allah saat ini di dunia ini, maka di langit di akhirat nanti dia akan puas, ridha dan menerima apapun nikmat Allah nanti yang diberikan kepadanya.

 

 

 

  1. Berkumpul dengan Jamaah Allah

Fakar Tafsir abad 14 Hijriyah, Abdurrahman bin Nasir Sa’di mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “Masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku” yaitu hamba-hamba Allah yang saleh, yang termuat dalam Al-Quran (surah An-Nisa’ (4):69). Artinya:”Dan barangsiapa yang menaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmatoleh Allah, yaitu nabi-nabi, para shiddiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh”. Hamba yang saleh itu dalam makna bebasnya adalah seseorang yang berbuat baik berbasis syariat atau perbuatan baik yang tidak bertentangan dengan syariat. Pantas kalau Allah menghimbau agar hamba-hambaNya berlomba untuk berbuat baik. Karena perbuatan baik itu menjaddi salah satu kunci pembuka syurga. Siapa yang berbuat baik, dan banyak berbuat baik dialah yang menang dalam perlombaan itu maka dialah yang layak dipanggil untuk memasuki syurga Allah SWT.

Kesimpulan: Turunnya musibah apakah ujian, cobaan atau adzab hanya Allah yang tahu pasti. Kewajiban terpenting setiap kita adalah merespon lonjakan musibah dengan membumikan selawat dan istighfar, serta berkewajiban melatih diri untuk masuk surga sebelum masuk surga yang sesungguhnya, agar kita punya jiwa yang tenang, hati yang puas dan selalu berkumpul dengan orang-orang saleh. Semoga Allah senantiasa membimbing, melindungi, menaburkan hidayah dan maunahnya kepada kita semua. Amiiin ya Rabbal ‘Alamiiin.

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ،

وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُم

 

 

 

 

Foto TIH Mujahidin Gelar Bina Muallaf

TIH Mujahidin Gelar Bina Muallaf

Portal Yayasan Mujahidin Kalbar, Dalam rangka mempererat silaturahmi dan penguatan akidah saudara-saudari muallaf yang telah di islamkan di masjid Raya Mujahidin, Tabung Infaq Harian (TIH) Mujahidin menggelar Kegiatan Pembinaan Mualaf bertempat di Menara Masjid Raya Mujahidin Jum’at (15/01/2021) siang bertempat di Menara Mujahidin.

Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yg diadakan oleh TIH Mujahidin dalam rangka mewujudkan pemahaman Aqidah tentang Islam kepada muallaf.

Manajer TIH Mujahidin , Rudiansyah, menyampaikan bahwa perhatian kepada saudara-saudari (muallaf) kita tidak hanya sekedar membimbingnya bersyahadat, namun lebih dari itu, ada tanggung jawab lebih, guna menguatkan keyakinan mereka ke dalam Islam yang utuh.

"Pentingnya lembaga  hadir dalam hal ini untuk ikut mendukung, dan ikut serta memberikan pemahaman lanjutan tentang Akidah Islam” ungkapnya.

Dalam acara tersebut dihadiri sekitar 100 muallaf  yang berasal dari kota Pontianak dan Kuburaya, serta seorang nara sumber yakni ustadz H. Mahsuf Nahyus, A.Ma  yang ditunjuk untuk menyampaikan materi akidah.

Acara dilaksanakan dengan rangkaian diawali dengan shalawatan, pembacaan Alqur’an , Ceramah dan doa. Dalam kesempatan ceramahnya , ustadz H. Mahsuf Nahyus menguraikan tentang Pemahaman Rukun Islam, karena Rukun Islam adalah lima tindakan dasar dalam Islam  sebagai pondasi wajib bagi orang-orang beriman.  (tt)

Foto Rapat Koordinasi Pembentukan Tim Fardhu Kifayah Mujahidin

Rapat Koordinasi Pembentukan Tim Fardhu Kifayah Mujahidin

Portal Yayasan Mujahidin Kalbar, Lembaga Sosial Keummatan Yayasan Mujahidin Kalbar mengadakan Rapat Koordinasi pembentukan Tim Fardhu kifayah , Rabu (30/122020).

Rapat tersebut dihadiri 18 orang. Terdiri dari para Imam Masjid Raya Mujahidin, Remaja Mujahidin, Pemuda Mujahidin,   Tim Tabung Infaq Harian Mujahidin, Satuan Pengaman Mujahidin serta beberapa aktifis relawan Fardhu Kifayah.

Rapat yang dilaksanakan dengan tujuan  untuk mendukung Yayasan Mujahidin Kalbar dalam pelaksanaan kegiatan sosial keummatan terutama penanganan jenazah dan mempermudah serta meringankan pihak keluarga dalam menanganinya.